Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
The Conversation
Wartawan dan akademisi

Platform kolaborasi antara wartawan dan akademisi dalam menyebarluaskan analisis dan riset kepada khalayak luas.

Riset Internasional di Indonesia, Siapa yang Untung?

Kompas.com - 31/08/2018, 20:06 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Penelitian kolonial

Kekayaan tropis dan ekosistem Indonesia yang unik serta kebudayaan Indonesia telah menarik penelitian kolonial sejak zaman pendudukan Belanda. Belanda melakukan penelitian murni dan terapan di bidang pertanian, ilmu tanah, kedokteran, fisika, biologi, dan disiplin ilmu lainnya.

Penerima manfaat utama dari penelitian tersebut adalah negara penjajah melalui peningkatan produksi komoditas ekonomi. Penelitian di daerah pendudukan mereka juga menjadi cara untuk menunjukkan kepada dunia keunggulan mereka dalam mengumpulkan pengetahuan.

Sejak kemerdekaan Indonesia, telah banyak proyek penelitian yang didanai pihak asing yang dilakukan di Indonesia. Sayangnya, banyak penelitian internasional melanjutkan metode model penelitian kolonial.

Penelitian neo-kolonialis ini dilakukan peneliti dari negara kaya yang memiliki akses terhadap pendanaan dan teknologi baru. Kebanyakan dari para peneliti ini berasumsi bahwa mereka berhak melakukan penelitian atas sumber daya negara lain atas nama sains.

Kita dapat dengan mudah mengidentifikasi penelitian gaya helikopter dari publikasi yang sebagian besar ditulis oleh peneliti internasional, dengan satu atau dua peneliti Indonesia di akhir daftar penulis. Sebagian besar penelitian internasional di Indonesia masuk pada kategori ini.

Beberapa ilmuwan lokal puas dengan pengaturan semacam ini. Namun, hasil penelitian sesungguhnya tidak membantu pengembangan pengetahuan riset Indonesia, ataupun komunitas dan infrastruktur penelitian di Indonesia.

Di bidang penelitian kami ilmu tanah, misalnya, kerusakan akibat kebakaran gambut beberapa tahun belakangan menarik banyak dana riset internasional untuk bekerja di Indonesia. Hasilnya, banyak makalah yang ditulis oleh para ilmuwan internasional dengan sedikit keterlibatan peneliti Indonesia.

Tampaknya bertahun-tahun penelitian belum memberi manfaat bagi ilmuwan dan masyarakat Indonesia yang membutuhkan solusi praktis untuk memetakan lahan gambut mereka, serta teknik manajemen air yang lebih baik.

Melakukannya dengan benar

Penelitian internasional harus melibatkan ilmuwan lokal dan membangun kapasitas penelitian mereka. Hasil penelitian harus diberikan kembali kepada masyarakat. Tapi dalam praktiknya, prinsip-prinsip seperti ini sering tidak dihormati.

Penelitian internasional seharusnya benar-benar merupakan kolaborasi sinergis yang yang menguntungkan semua pihak. Peneliti lokal tidak perlu dihargai hanya dengan dicantumkan sebagai salah satu penulis dari artikel ilmiah yang akan diterbitkan kalau tidak dilibatkan dalam penelitian.

Peneliti internasional jangan hanya melibatkan peneliti lokal untuk mendapatkan izin pemerintah dan logistik untuk penelitian. Ada kebutuhan untuk melatih mahasiswa pascasarjana atau peneliti muda untuk mengenal teknologi terbaru.

Peneliti asing hendaknya menawarkan kecanggihan teknologi, yang mungkin sulit didapatkan di Indonesia. Sangat penting untuk melibatkan ilmuwan Indonesia dalam menganalisis dan menerbitkan hasil penelitian.

Kolaborasi dalam penelitian harus memberi manfaat bagi peneliti lokal. Membangun hubungan positif semacam ini akan menunjukkan nilai nyata dalam kontribusi internasional.

Halaman Berikutnya
Halaman:



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau