KOMPAS.com - Studi terbaru menyebut sekitar 20 persen pengguna lensa kontak tidak bertanggung jawab. Mereka membuang lensa kontak tak terpakai ke toilet atau saluran air di bak cuci.
Dari sekitar 45 juta pemakai lensa kontak di AS, sekitar 9 juta orang melakukannya. Hal ini tentu saja berkontribusi terhadap masalah lingkungan yang serius.
Ahli lingkungan Rolf Halden dari Arizona State University yang juga memakai lensa kontak awalnya penasaran apakah sudah ada temuan yang meneliti tentang limbah lensa kontak. Saat ia mulai mencari tahu, ternyata belum ada yang melakukannya.
Sejak itulah Halden bersemangat untuk meneliti kasus ini. Ia dan timnya melakukan survei anonim yang melibatkan 139 orang pemakai lensa kontak dan non pemakai.
Mereka menemukan, sekitar 19 persen pemakai mengaku membuang lensa kontaknya ke saluran pembuangan air atau toilet.
Baca juga: Hati-hati, Ini Bahayanya Tidur Masih Memakai Lensa Kontak
Selanjutnya Halden menyelidiki apa yang terjadi pada lensa tersebut.
Di pembuangan limbah AS, mereka memiliki filter khusus yang dirancang menyaring objek besar agar tidak berakhir ke pabrik pengolahan air limbah. Namun, lensa kontak berukuran sangat kecil dan tipis sehingga benda ini sangat mungkin melewati filter dengan mudah.
Halden yang mempresentasikan temuannya di Pertemuan Nasional ke-256 dan Pameran American Chemical Society di AS mengatakan, ia dan timnya kemudian mengambil beberapa samper air limbah.
Dari sinilah mereka membuktikan adanya pecahan lensa kontak dalam air limbah. Ini artinya, pengolahan air limbah tidak hanya dibobol lensa kontak, tapi juga benda berukuran kecil lainnya.
Untuk mengetahui apakah lensa kontak dapat terurai, para ahli menggunakan lima polimer yang biasa digunakan dalam lensa kontak untuk mikroorganisme anaerobik dan aerobik yang umumnya ditemukan di pabrik air limbah untuk jangka waktu berbeda.
Mereka menemukan, setelah didiamkan cukup lama, lensa kontak tetap utuh.
"Lensa kontak adalah perangkat medis. Ini bukan produk super biodegradable atau memiliki kemampuan terurai dengan aman dan relatif cepat," kata Halden yang merupakan ahli lingkungan kepada The New York Times, dilansir Science Alert, Senin (20/8/2018).
Halden juga mengatakan, terjadi perubahan kecil dalam ikatan polimer plastik setelah terpapar mikroba. Lensa kontak nampak melemah dan seperti melakukan disintegrasi.
"Saat plastik lensa kehilangan sebagian kekuatan strukturalnya, ia akan rusak secara fisik. Hal ini akan mengubah lensa kontak menjadi partikel plastik yang lebih kecil dan pada akhirnya membentuk mikroplastik," imbuh ahli lingkungan Varun Kelkar dari Arizona State University.
Hal tersebut tentu saja akan berdampak pada lingkungan. Mikroplastik tersebut bisa berakhir di ekosistem berupa daratan, tapi juga bisa berakhir di ekosistem akuatik atau air.