KOMPAS.com - Pada 7 Maret lalu, sebuah meteroit yang diprediksi seberat dua ton meledak di langit AS. Para ilmuwan NASA percaya, asteroid itu jatuh di dasar lautan.
Sebab itu, para ilmuwan bergegas untuk memetakan dan menjelajahi dasar lautan untuk mencari sampel puing meteroit tersebut. Ini adalah kali pertama pencarian meteroit di dasar laut.
Ekspedisi yang dimulai awal pekan lalu, telah menemukan dua potongan batu kecil. Menurut analisis visual awal, batu itu menunjukkan potongan kerak fusi yang tipis.
Jika pengujian lebih lanjut membenarkan bahwa batu itu memang berasal dari luar angkasa, maka ini adalah potongan meteorit pertama yang ditemukan di dasar laut.
Baca juga: Super Cepat dan Senyap, NASA Siap uji Coba Pesawat Supersonik Terbaru
Dalam penjelajahan dasar laut, para ilmuwan menggunakan kapal penelitian E/V Nautilus yang didanai Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional dan Ocean Exploration Trust.
Kapal ini menjelajahi dasar laut menggunakan sunar atau navigasi suara jarak jauh. E/V Nautilus dilengkapi dengan selang, sekop, dan piringan magnetik agar dapat dengan mudah mengumpulkan sampel sedimen.
Saat kapal naik ke permukaan, barulah para ahli mencari sampel yang diyakini sebagai potongan meteorit.
Marc Fries adalah salah satu kurator debu kosmik dari NASA yang melakukan analisis visual awal terhadap sampel batuan yang ditemukan.
Batuan sisa meteorit memang dapat bertahan ribuan tahun saat jatuh di daratan, dan bukan di lautan. Bila jatuh di laut, sisa meteroit akan semakin sulit ditemukan. Itu sebabnya, para ahli harus berpacu dengan waktu untuk menemukan sisa meteorit dari dasar laut.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.