Kondisi Rumah
Padahal, rumah tangga rata-rata punya kondisi yang terus menerus berubah.
Contohnya saja keberadaan anak-anak yang belum tentu memahami kerja robot dan bisa memberi tugas baru yang sewenang-wenang setiap hari (bayangkan seperti permintaan untuk Siri-nya Apple).
"Seorang asisten otonom yang akan bekerja dengan baik dalam situasi rumah tangga harus serbaguna, mudah beradaptasi terhadap perubahan lingkungan, dan mudah diajak kerja sama," kata Siddharth Srivastava, ilmuwan staf di Berkeley yang membantu pengembangan robot.
Salah satu tantangan yang dihadapi Srivastava dan timnya adalah membuat robot memahami tugas tingkat tinggi yang diinginkan majikan manusianya.
"Semua yang pernah bekerja di dalam tim pasti mengerti bahwa seorang asisten tidak terlalu membantu kalau mereka butuh instruksi untuk setiap aspek masalah," kata Srivastava.
Lebih Banyak Informasi
Robot, tentu saja, tidak punya pengetahuan 'bawaan'.
Ketika kita meminta pada robot untuk "membereskan cucian", robot butuh lebih banyak informasi.
Baca juga: Tak Hanya pada Sesama, Manusia Juga Rasis terhadap Robot
Mulai dari bagaimana menggerakkan masing-masing sendi ketika melakukan setiap gerakan, dan bagaimana menggunakan kamera dan sensor.
Kesulitan-kesulitan ini semakin diperparah jika kita ingin robot yang bisa melakukan lebih dari sekadar cucian.
Lagipula, robot yang hanya bisa mengerjakan satu tugas hanya bisa memberikan bantuan yang sangat terbatas di tengah lautan tugas domestik.
Jadi, robot yang benar-benar berguna harus menerima dan melakukan berbagai tugas yang diberikan majikannya.
Artinya, tidak mungkin memprogram robot untuk setiap kemungkinan tugas di setiap rumah tangga.
"Sebaliknya, kita perlu mengembangkan algoritma untuk perencanaan hirarkis, persepsi dan penalaran yang akan memungkinkan robot untuk menghitung apa yang perlu dilakukan untuk menyelesaikan tugas," kara Srivastava.