Penelitian sedimen dasar danau tersebut dilakukan karena hal itu memungkinkan ilmuwan menentukan kondisi iklim di masa lalu.
Dengan kata lain, kotoran kuno bisa seperti kapsul waktu geologi.
Itu karena setiap lapisan sedimen yang terkubur jauh di bwah tanah mengandung bukti curah hujan, suhu, bahkan polusi udara.
Melalui serangkaian proses kimia dan interaksi, kondisi alam ini "dicatat" di permukaan tanah pada saat itu hingga akhirnya terkubur.
Menurut Nick Evans, penulis utama penelitian ini, mengatakan hasil analisis sedimen menunjukkan selama periode kering volume danau menyusut.
Jika kekeringan itu terjadi sangat lama, kristal gipsum akan terbentuk dan memasukkan air danau ke dalam strukturnya.
"Fosil air" dalam kristal inilah yang memungkinkan Evans dan koleganya menganalisis sifat air pada peradaban Maya kuno.
"Ini sedekat Anda pernah mengambil sampel air di masa lalu," kata Evans.
Baca juga: Benarkah Gua Bawah Air Terbesar di Dunia Ini Simpan Rahasia Suku Maya?
Penelitian sebelumnya menunjukkan penggundulan hutan turut berperan dalam musnahnya suku kuno itu. Penggundulan hutan menurunkan jumlah uap air dan mengguncang tanah.
Ini menjadi teori tambahan penyebab kekeringan itu.
Evans berharap temuannya ini bisa membantu para arkeolog memahami bagaimana kekeringan purba berdampak pada pertanian Maya di masa kritis mereka.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.