Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Mana Asal Warna Biru pada Berlian Paling Langka di Dunia?

Kompas.com - 03/08/2018, 18:06 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com - Beberapa berlian menjadi yang termahal dan terlangka di dunia. Salah satunya adalah berlian harapan atau Hope Diamond.

Berlian berwarna biru itu punya kisah yang panjang. Ia pernah berpindah tangan dengan cepat dari sebagai pajangan, barang curian, hingga jadi barang milik kerajaan.

Langka dan Berharga

Tapi selain kisahnya yang membuatnya mendapat julukan berlian kutukan, ternyata Hope diamond juga punya cerita panjang dalam pembuatannya.

Fakta ini didapatkan oleh tim peneliti yang terdiri dari para ahli geologi dan ahli batu mulia asal Australia dan AS.

Mereka menganalisis 46 berlian biru untuk melacak darimana batu mulia langka itu berasal. Atau lebih tepatnya, bagaimana benda berharga itu mendapatkan warna biru.

"Kami pada dasarnya tidak tahu apa-apa tentang di mana mereka tumbuh," kata ahli geologi Evan Smith, penulis utama laporan ini dikutip dari Washington Post, Rabu (01/08/2018).

Sebagai informasi, berlian berwarna biru termasuk dalam berlian tipe IIb yang sangat langka.

"Ini yang disebut berlian tipe IIb sangat berharga, membuat mereka sulit mendapatkan akses ke untuk tujuan penelitian ilmiah," sambung peneliti dari Gemological Institute of America itu dilansir dari Live Science, Rabu (01/08/2018).

Lokasi

Dalam temuan yang dilaporkan di jurnal Nature, Rabu (01/08/2018), para ilmuwan menemukan bahwa berlian jenis IIb terbentuk jauh di dalam perut Bumi.

Setidaknya, lokasi tersebut berada dalam zona transisi antara mantel atas dan bawah Bumi. Tepatnya, berlian biru terbentuk di antara 410 hingga 660 kilometer di bawah permukaan Bumi.

Baca juga: Ilmuwan Temukan 1.000 Triliun Ton Berlian di Bawah Permukaan Bumi

Padahal, berlian pada umumnya berasal dari kedalaman 150 sampai 200 kilometer di bawah permukaan Bumi.

"Kami sekarang tahu bahwa berlian berkualitas permata terbaik datang dari tempat terjauh di planet kita," kata Steven Shirey, co-author penelitian ini.

Warna Biru

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com