Dengan menggunakan kerangka yang dipinjam dari koleksi museum sejarah alam, tim peneliti kemudian membuat rekonstruksi tiga dimensi dari tengkorak dan rahang bawah aye-aye dan tupai, ditambah berbagai primata dan hewan pengerat lainnya.
Selanjutnya, para peneliti mengambil koordinat tiga dimensi dari rekonstruksi ini dan memasukkan data tersebut ke dalam aplikasi statistik.
Mereka memetakan pohon evolusi dari dua kelompok biologis yang berbeda ini. Itu memungkinkan mereka untuk memvisualisasikan bagaimana jalur evolusi aye-aye dan tupai condong ke arah yang sama.
Metode ini bisa menunjukkan tingkat konvergensi yang tinggi pada tengkorak dan rahang kedua spesies tersebut. Padahal, keduanya berasal dari nenek moyang yang berbeda.
"Studi kami menunjukkan sejauh mana tekanan fungsional, seperti memakan makanan yang menuntut secara mekanis, dapat secara signifikan mengubah kerangka hewan dan menghasilkan spesies dengan garis evolusi yang sangat jauh untuk menyerupai satu sama lain dengan sangat erat," kata Cox.
Sebagai informasi, sekitar tahun 1780 saat dibawa dari Madagaskar ke Eropa, aye-aye dikategorikan dalam kelompok tikus dan diyakini punya kedekatan dengan genus tupai.
Baru pada pertengahan abad ke-19, lemur ini diidentifikasi dengan benar sebagai primata.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.