Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Termasuk Primata, Kenapa Lemur Madagaskar Ini Justru Mirip Tupai?

Kompas.com - 02/08/2018, 19:34 WIB
Bhakti Satrio Wicaksono,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Meskipun dikategorikan sebagai primata, konstruk tulang lemur asli Madagaskar atau kerap disebut aye-aye justru lebih menyerupai hewan pengerat tupai.

Hal inilah yang memicu penelitian terbaru. Untuk pertama kalinya, para ilmuwan mengukur sejauh mana aye-aye telah berevolusi hingga menyerupai tupai.

Para peneliti dari University of York kemudian menggunakan pemindaian mikro-resolusi tinggi untuk menggambarkan tengkorak dari dua spesies tersebut.

Selanjutnya, mereka memetakan dan memodelkan tingkat konvergensi dalam fitur fisik keduanya.

Jenis Makanan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tuntutan kebutuhan makanan membuat aye-aye berevolusi pada gigi bagian depannya hingga menyerupai karakteristik tupai.

Pada aye-aye, dua gigi depan berevolusi untuk menjadi lebih kuat agar dapat menggigit kulit pohon demi mengambil larva kumbang pohon sebagai makanannya.

Sama halnya pada tupai yang menggunakan dua gigi depannya untuk memecahkan kacang.

Hal ini menunjukkan bagaimana gaya hidup dan ekologi dapat memberikan pengaruh yang kuat terhadap cara suatu spesies mengesampingkan bentuk leluhurnya.

Dr Philip Cox dari Departemen Arkeologi di Universitas York mengatakan, contoh evolusi konvergen ada pada lumba-lumba dan hiu.

Meskipun termasuk dalam kelompok biologis yang terpisah, lumba-lumba dan hiu memiliki bentuk tubuh yang hampir sama dengan tujuan bergerak secara efisien di dalam air.

"Aye-aye dan tupai telah menjadi contoh konvergensi yang ikonik karena gigi mereka yang serupa," ungkap Dr Cox dikutip dari Science Daily, Rabu (01/08/2018).

"Tetapi penelitian kami telah menunjukkan untuk pertama kalinya bahwa evolusi tengkorak dan rahang mereka juga memiliki kecocokan," imbuhnya.

Baca juga: IUCN: Lemur Resmi Jadi Primata Paling Terancam Punah di Dunia

Kekuatan Gigitan

Cox menambahkan, evolusi tengkorak aye-aye tidak hanya digunakan sebagai rumah gigi aja, melainkan juga untuk menciptakan kekuatan besar pada gigitannya.

Dengan menggunakan kerangka yang dipinjam dari koleksi museum sejarah alam, tim peneliti kemudian membuat rekonstruksi tiga dimensi dari tengkorak dan rahang bawah aye-aye dan tupai, ditambah berbagai primata dan hewan pengerat lainnya.

Selanjutnya, para peneliti mengambil koordinat tiga dimensi dari rekonstruksi ini dan memasukkan data tersebut ke dalam aplikasi statistik.

Mereka memetakan pohon evolusi dari dua kelompok biologis yang berbeda ini. Itu memungkinkan mereka untuk memvisualisasikan bagaimana jalur evolusi aye-aye dan tupai condong ke arah yang sama.

Metode ini bisa menunjukkan tingkat konvergensi yang tinggi pada tengkorak dan rahang kedua spesies tersebut. Padahal, keduanya berasal dari nenek moyang yang berbeda.

"Studi kami menunjukkan sejauh mana tekanan fungsional, seperti memakan makanan yang menuntut secara mekanis, dapat secara signifikan mengubah kerangka hewan dan menghasilkan spesies dengan garis evolusi yang sangat jauh untuk menyerupai satu sama lain dengan sangat erat," kata Cox.

Sebagai informasi, sekitar tahun 1780 saat dibawa dari Madagaskar ke Eropa, aye-aye dikategorikan dalam kelompok tikus dan diyakini punya kedekatan dengan genus tupai.

Baru pada pertengahan abad ke-19, lemur ini diidentifikasi dengan benar sebagai primata.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Fenomena
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Fenomena
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Kita
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Oh Begitu
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Oh Begitu
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Oh Begitu
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Oh Begitu
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Kita
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
Fenomena
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Oh Begitu
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Oh Begitu
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Oh Begitu
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Oh Begitu
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Fenomena
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Kita
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau