Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Faktor yang Membuat Gempa Lombok Sangat Merusak, Menurut BMKG

Kompas.com - 31/07/2018, 18:32 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis


KOMPAS.com - Berdasar data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTB, gempa Lombok dengan magnitudo M 6,4 telah merusak lebih dari seribu rumah dan menyebabkan 162 orang luka-luka dan 17 orang meninggal dunia. Wilayah kerusakan akibat gempa paling parah terjadi di Lombok Utara dan Lombok Timur.

Dari hal tersebut, banyak pertanyaan yang muncul. Salah satunya, mengapa gempa dengan kekuatan M 6,4 yang terjadi di Lombok sangat merusak?

Menjawab pertanyaan itu, Daryono selaku Kepala Bidang Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami (BMKG) angkat bicara.

Kepada Kompas.com, ia mengatakan ada tiga faktor utama yang menyebabkan gempa Lombok sangat merusak.

Baca juga: BMKG: Lombok Memang Rawan Gempa

1. Gempa Lombok merupakan gempa kerak dangkal

Gempa Lombok merupakan gempa kerak dangkal dengan kedalaman hiposenter 24 kilometer.

"Hiposenter yang dangkal semacam ini menyebabkan nilai percepatan getaran tanah masih cukup tinggi di permukaan," kata Daryono.

Mengacu peta tingkat guncangan (shake map) BMKG, tampak sebagian besar wilayah Lombok utara dan timur mengalami guncangan yang mencapai skala intensitas VI-VII MMI.

"Dengan estimasi percepatan getaran tanah (PGA) yang lebih dari 120 gal, sudah memenuhi syarat untuk terjadi kerusakan pada bangunan," imbuhnya.

2. Wilayah terdampak gempa berupa perbukitan

Kawasan yang mengalami kerusakan akibat gempa di Lombok utara dan timur, lahannya didominasi oleh kawasan perbukitan yang tersusun batuan gunung api seperti lava, breksi, dan tufa.

Kawasan dengan kontur lembah dan perbukitan sangat rentan terjadi efek topografi.

"Efek topografi permukaan dapat memicu terjadinya amplifikasi guncangan yang lebih besar dalam arah horizontal dari pada vertikal, semakin curam lereng, maka makin besar amplifikasinya," kata Daryono.

Gempa bumi bermagnitudo 6,4 mengguncang wilayah Lombok, Nusa Tenggara Barat, Minggu (29/7/2018) pukul 05.47 WIB. Gempa menyebabka korban jiwa dan luka serta rusaknya rumah warga.dok.BNPB Gempa bumi bermagnitudo 6,4 mengguncang wilayah Lombok, Nusa Tenggara Barat, Minggu (29/7/2018) pukul 05.47 WIB. Gempa menyebabka korban jiwa dan luka serta rusaknya rumah warga.

3. Bangunan tidak memenuhi standar keamanan gempa bumi

Jika kita mengamati kondisi struktur bangunan yang rusak akibat gempa Lombok, tampak hampir semua bangunan yang rusak dan rubuh tidak memenuhi standar aman gempa bumi. Hal inilah yang membuat bangunan mudah rusak dan rubuh saat diguncang gempa.

"Tingkat kerusakan bangunan akibat gempa tidak hanya disebabkan oleh besarnya magnitudo dan jaraknya dari episenter, tetapi kondisi topografi, tanah setempat, dan mutu bangunan sangat menentukan tingkat kerusakan," jelas Daryono.

Baca juga: Gempa Meksiko Bantu Arkeolog Temukan Kuil Kuno Suku Aztec

Belajar dari gempa yang baru terjadi di Lombok, Daryono menganjurkan untuk perlunya digalakkan sosialisasi mitigasi gempa bumi yang berkelanjutan.

Khususnya terkait langkah aman dalam menghadapi gempa serta pentingnya membangun bangunan tahan gempa.

"Hal ini sangat penting, karena korban luka dan meninggal sebenarnya bukan disebabkan oleh gempa, tetapi akibat bangunan yang roboh dan menimpa penghuninya," tegasnya.
 
Jika warga belum mampu membangun bangunan tahan gempa, sebenarnya ada pilihan lain yaitu membangun rumah dengan mengguanakan kayu atau bambu dengan desain menarik.

"Membuat bangunan rumah tembok dengan mutu yang rendah tanpa besi tulangan yang kuat hanya akan membuat penghuninya menjadi korban saat terjadi gempa," ungkapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau