Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kerangka dari Abad Pertengahan Ungkap Jejak Perkembangan Salmonella

Kompas.com - 26/07/2018, 17:03 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Sumber Newsweek


KOMPAS.com - Belum lama ini para ahli mengumumkan temuan terkait jejak leluhur bakteri Salmonella dalam jurnal Current Biology, yang terbit Kamis (19/7/2018). Penemuan ini mengubah pemahaman ilmuwan tentang penyebaran salmonella pada manusia.

Salmonella umumnya menimbulkan penyakit yang terkait organ pencernaan. Mulai dari diare, muntah, dan mual. Namun, ada pula jenis salmonella tertentu yang menyebabkan demam paratipus atau demam enterik, deman ini bisa mematikan.

Demam enterik adalah kelompok penyakit enterik yang disebabkan oleh turunan bakteri Salmonella typhi. Ada tiga jenis spesies Salmonellae yang bisa menyebabkan penyakit ini, yakni Salmonella paratyphi A, Salmonella paratyphi B, dan Salmonella paratyphi C.

Umumnya, demam enterik muncul di negara-negara tropis dan jarang terjadi di Eropa atau Amerika Utara. Namun, ahli menemukan sekitar tahun 1200, penyakit ini menginfeksi orang Norwegia, Eropa.

Baca juga: Kenali Gejala Keracunan Bakteri Salmonella

"Ini pertama kalinya salmonella ditemukan di tulang belulang manusia Eropa kuno. Menariknya, bakteri kuno yang ditemukan punya banyak kemiripin dengan yang kita kenal saat ini," kata penulis studi dan profesor Universitas Warwick Mark Achtman dalam sebuah pernyataan dilansir Newsweek, Rabu (25/7/2018).

Dengan menganalisis gigi dan tulang, Achtman dan koleganya menemukan bakteri kuno yang masih turunan jenis salmonella.

Setelah membandingkannya dengan urutan kontemporer yang disimpan dalam database, bakteri kuno yang ditemukan merupakan jenis Salmonella paratyphi C kuno.

Keterangan gambar: (A) Situs penggalian di pemakaman gereja St. Olav di Trondheim, Norwegia. Lokasi penguburan kerangka kuno yang diteliti ditandai dengan ada pada lingkaran merah. Penanggalan arkeologis menunjukkan tulang dikubur tahun 1200. (B) (atas) seluruh kerangka dan (bawah) tulang beserta dua gigi yang digunakan untuk mengekstrasi DNA Salmonella. (C) Peta Eropa di sekitar Norwegia (hijau) dan lokasi Trondheim (merah). (D) Tingkat deaminasi untuk membaca metagenomik dalam genom Salmonella Paratyphi C Ragna, DNA manusia dan 11 rakitan genom tunggal (Cxx) yang diidentifikasi oleh Concoc [12]. C18 (Acidovorax) dan C72 (Eubacterium) menunjukkan tingkat tingkat deaminasi yang tinggi, seperti halnya membaca dari manusia atau Ragna, sementara rakitan lainnya memiliki tingkat yang rendah dan kemungkinan mewakili bakteri lingkungan modern. Keterangan gambar: (A) Situs penggalian di pemakaman gereja St. Olav di Trondheim, Norwegia. Lokasi penguburan kerangka kuno yang diteliti ditandai dengan ada pada lingkaran merah. Penanggalan arkeologis menunjukkan tulang dikubur tahun 1200. (B) (atas) seluruh kerangka dan (bawah) tulang beserta dua gigi yang digunakan untuk mengekstrasi DNA Salmonella. (C) Peta Eropa di sekitar Norwegia (hijau) dan lokasi Trondheim (merah). (D) Tingkat deaminasi untuk membaca metagenomik dalam genom Salmonella Paratyphi C Ragna, DNA manusia dan 11 rakitan genom tunggal (Cxx) yang diidentifikasi oleh Concoc [12]. C18 (Acidovorax) dan C72 (Eubacterium) menunjukkan tingkat tingkat deaminasi yang tinggi, seperti halnya membaca dari manusia atau Ragna, sementara rakitan lainnya memiliki tingkat yang rendah dan kemungkinan mewakili bakteri lingkungan modern.
Bakteri itu disebut menimbulkan penyakit mematikan septikemia dan epidemi tifus pada babi. Septikimia adalah suatu kondisi di mana seseorang mengalami keracunan darah akibat bakteri dalam jumlah besar masuk ke aliran darah.

Para ahli berpikir, berbagai strain salmonella mengembangkan persebarannya selama sekitar 4000 tahun di Eropa. Ini adalah saat yang sama ketika manusia mulai memelihara babi di Eropa.

"Dari studi ini, kita tahu bahwa perpindahan bakteri antar manusia dan hewan peliharaan sudah terjadi selama periode Neolitik," ujar Achtman.

Saat ini, salmonella mengacaukan industri makanan di seluruh dunia, termasuk AS. Banyak produk makanan yang ditarik kembali karena diduga telah terkontaminasi bakteri berhaya itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Fenomena
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Fenomena
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Kita
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Oh Begitu
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Oh Begitu
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Oh Begitu
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Oh Begitu
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Kita
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
Fenomena
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Oh Begitu
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Oh Begitu
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Oh Begitu
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Oh Begitu
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Fenomena
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Kita
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau