Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Cuma Punya Dua Kerangka Duyung, Salah Satunya di Sini

Kompas.com - 26/04/2018, 17:00 WIB
Shierine Wangsa Wibawa,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

BINTAN, KOMPAS.com - Ada pemandangan menarik di kantor Kepala Desa Pengudang. Begitu memasuki pintu, Anda akan disambut oleh kerangka duyung yang menjadi kebangaan warga.

Kerangka ini merupakan satu dari dua kerangka duyung utuh di Indonesia. Kerangka lainnya, yang masih berkulit, disimpan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Sekretaris Desa, Yanti Mardalia, S.sos, yang ditemui Kompas.com pada Rabu (25/4/2018) bercerita bahwa duyung yang kini kerangkanya dipajang ditemukan dalam keadaan mati pada 2013 karena terperangkap dalam kelong tancap (alat tangkap ikan asli Bintan yang menggunakan metode pasang surut).

Masyarakat lalu mengubur bangkai duyung dan menggalinya kembali dua tahun kemudian. Dibantu oleh tim dari Institut Pertanian Bogor (IPB), kerangka duyung kemudian disusun kembali untuk dijadikan simbol desa Pengudang.

Baca juga: Lestarikan Dugong untuk Lamun dan Manusia

Adriani Sunuddin, dosen Ilmu dan Teknologi Kelautan Fakultas Kelautan dan Perikanan, IPB, yang turut menyusun kerangka tersebut berkata bahwa duyung yang ditemukan berkelamin jantan dan berusia dua tahun atau baru selesai masa penyapihan.

Dia dan tim menyusun kerangka itu dalam waktu lima hari dan tidak menemukan kesulitan yang berarti. Itu karena kerangka duyung mirip dengan rangka manusia, yakni sama-sama mamalia bertulang belakang.

Meski demikian, kerangka ini memiliki manfaat besar untuk pengetahuan dan penyadartahuan.

“Dari awal Indonesia melakukan konservasi dugong (duyung) dan lamun, kita ada kesulitan dengan wujud dugong, meski kita sering dapat info keterdamparan,” ujar Andriani.

Dia melanjutkan, (kerangka) ini kita harapkan bisa jadi contoh bagaimana mengamankan hewan yg dilindungi.

Dengan adanya spesimen yang utuh di Desa Pengudang dan LIPI, kini Indonesia punya dua kerangka duyung sebagai simbol konservasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com