Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Alasan Kenapa Gerhana Bulan Total Disebut "Blood Moon"

Kompas.com - 24/07/2018, 21:05 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com - 28 Juli 2018 mendatang warna bulan tak lagi kuning pucat seperti biasanya. Saat itu, bulan akan berwarna oranye hingga rona merah darah.

Perubahan warna bulan ini disebabkan gerhana bulan total yang akan terlihat di langit Indonesia.

Warna serupa darah inilah yang membuat gerhana bulan total selalu disebut sebagai Blood Moon atau bulan darah.

Namun, sebenarnya, bagaimana bulan berubah saat gerhana?

Warna merah darah saat gerhana bulan total terjadi karena atmosfer Bumi membiaskan cahaya Matahari.

"Cahaya matahari yang mengenai bulan memang tertutup oleh Bumi, tetapi atmosfer Bumi masih membiaskan cahaya merah dari matahari itu sehingga bulan tidak gelap total," tulis Thomas di blognya pada Senin (6/10/2014).

Kebalikan Gerhana Matahari

Hal ini berkebalikan dengan gerhana Matahari total. Selama gerhana matahari, bulan berada di antara Bumi dan Matahari.

Dari Bumi terlihat bayangan bulan menutupi Matahari. Bayangan ini tidak berwarna karena bulan tidak memiliki atmosfer untuk menyebarkan atau membiaskan sinar matahari.

Berkebalikan dengan gerhana bulan total. Gerhana bulan terjadi ketika Bumi berada di antara Matahari dan Bulan.

Pembiasan Atmosfer

Atmosfer Bumi yang kaya nitrogen membiaskan sinar matahari. Pembiasan ini membuat kita melihat langit berwarna biru. 

Baca juga: Gerhana Bulan Total 2018, Ini Bedanya dengan Super Blue Blood Moon

Sekitar matahari terbenam dan matahari terbit, cahaya yang sampai ke mata kita telah semakin tersebar. Ini membuat matahari dan cahayanya tampak lebih oranye atau bahkan merah.

Udara saat gerhana bulan total mirip dangan proses terbit dan terbenamnya matahari. Seperti lensa yang besar, atmosfer Bumi membiaskan cahaya menuju bulan purnama.

"Jika Anda berdiri di permukaan bulan selama gerhana bulan, Anda akan melihat matahari terbenam dan naik di belakang Bumi," kata David Diner, seorang ilmuwan planet di Jet Propulsion Laboratory NASA, dikutip dari Business Insider, Minggu (22/07/2018).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com