Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perubahan Iklim Bikin Laba-laba Ini Tumbuh 2 Kali Lebih Besar

Kompas.com - 24/07/2018, 17:00 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

Populasi springtail yang lebih besar ini kemudian makan lebih banyak jamur dan bakteri yang terkait pada dekomposisi atau pembusukan tanah.

Sebagai informasi, ketika suhu di Arktik menghangat, lapisan permafrost (lapisan es yang tetap membeku di bawah tanah kutub) akan mulai mencair.

Jika hal itu terjadi maka jamur dan bakteri bisa membusukkan tanah tersebut. Dekomposisi ini melepaskan gas rumah kaca seperti karbon dioksida dan Metana.

Artinya, hal ini akan makin mempercepat perubahan iklim.

Sebaliknya, dalam ekosistem buatan yang hampir tidak ada laba-laba serigala, dekomposisi justru banyak terjadi.

Dengan kata lain, laba-laba serigala membantu melawan perubahan iklim di tundra Arktik.

Baca juga: Perubahan Iklim Akan Paksa 143 Juta Orang untuk Pindah

Memperlambat Perubahan Iklim

Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal PNAS ini menuai banyak pujian dari para ahli. Di antaranya adalah Joseph Bowden, seorang entolog dari Dinas Kehutanan Kanada.

"Hal baru di makalah Dr Koltz menunjukkan bahwa perubahan iklim tidak hanya berdampak langsung pada hewan-hewan darat yang penting tapi juga pada interaksi ekologi dalam kompleks antara spesies di tundra," ungkap Bowden.

Sayangnya, masih belum jelas apa yang membuat laba-laba serigala kehilangan nafsu makannya saat populasi mereka banyak.

Para ahli berspekulasi, dengan populasi yang lebih tinggi maka laba-laba bergeser dari memakan springtail menjadi bersaing dan memakan satu sama lain.

Hipotesis lainnya mengungkapkan kemungkinan suhu yang lebih tinggi membuat hewan berkaki delapan itu menemukan sumber makanan yang berbeda.

Menyadari kekurangan penelitiannya ini, Koltz mengatakan, langkah berikutnya adalah melakukan studi lanjutan untuk mengidentifikasi dengan tepat bagaimana selera makan laba-laba serigala berubah.

"Kita cenderung melupakan hewan-hewan kecil karena mereka tidak terlihat seperti mamalia yang lebih besar," kata Koltz.

"Tapi saya pikir itu penting untuk berpikir bagaimana hewan-hewan mungil ini memiliki dampak penting pada ekosistem juga," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com