KOMPAS.com -- Selama bertahun-tahun lamanya, para peneliti telah menghubungkan cuaca ekstrem akibat perubahan iklim di Afrika Utara dan Timur Tengah dengan krisis pengungsi di Eropa. Namun, tampaknya masalah ini akan menjadi semakin parah.
Sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal Science menemukan kaitan erat antara fluktuasi temperatur dengan migrasi setelah memeriksa permohonan suaka kepada Uni Eropa antara tahun 2000 hingga 2014.
Berdasarkan data tersebut, para peneliti kemudian memprediksikan bahwa jumlah pengungsi tahunan akan meningkat sebanyak 188 persen pada akhir abad ini akibat cuaca ekstrem yang merusak mata pencaharian dan memperburuk konflik geopolitik.
Lalu, kalau pun kita telah berusaha memperlambat pemanasan global seperti yang dianjurkan dalam Persetujuan Paris, jumlah pengungsi tetap akan mengalami peningkatan sebanyak 30 persen.
Baca juga : Bagaimana Perubahan Iklim Mendorong Orang untuk Gabung ISIS?
Penulis studi Wolfram Schlenker, seorang pakar ekonomi di Universitas Columbia, berkata kepada Time, Kamis (21/12/2017) bahwa perubahan iklim tidak hanya masalah beberapa negara saja, tetapi juga masalah global.
“Mayoritas dampak dari perubahan iklim terjadi di negara-negara berkembang, dan Anda mungkin berpikir bahwa Eropa dan Amerika tidak terdampak. Namun, pemikiran ini melupakan dampak tidak langsungnya dan bagaimana kita saling terhubung,” ujarnya.
Meski penelitian ini adalah yang paling lengkap dibandingkan studi-studi sebelumnya dalam mempelajari kaitan antara perubahan iklim dan migrasi, ancaman ini bukan temuan baru.
Pada tahun 2014, misalnya, Departemen Pertahanan AS melaporkan perubahan iklim sebagai pengganda ancaman yang menciptakan ketidakstabilan, dan dapat menciptakan tanah subur untuk ideologi ekstrem dan terorisme.
Sementara itu, sebuah studi yang dipublikasikan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences pada tahun 2015 juga menemukan bahwa perubahan iklim merupakan salah satu faktor dari perang saudara di Suriah dan krisis pengungsi yang disebabkannya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.