Hasilnya, tim ini menemukan bahwa orang yang makan malam sebelum jam 9 malam atau menunggu dua jam setelah makan sebelum tidur memiliki risiko lebih rendah terhadap kanker prostat dan payudara.
Ikuti Ritme Sirkadian
Sebagai informasi, penelitian sebelumnya juga menunjukkan risiko kanker payudara dan prostat lebih tinggi pada pekerja shift malam.
Menurut Kogevinas, hal itu kemungkinan karena adanya gangguan pada ritme sirkadian, atau siklus tidur dan bangun seseorang.
Pada 2007, Badan Penelitian Kanker milik Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan, bekerja pada shift malam punya risiko kesehatan terkair kanker pada manusia.
Catherine Marinac, peneliti di Dana-Farber Cancer Institute, mengatakan bahwa penelitian terbaru itu konsisten dengan apa yang diumumkan WHO.
Penelitian Marinac sendiri menunjukkan bahwa makan selaras dengan jam alami tubuh dapat membantu mengurangi risiko kekambuhan kanker payudara pada yang selamat.
Baca juga: Dokter AS Gunakan Virus Polio untuk Obati Kanker Otak
"Studi berbasis populasi menemukan bahwa orang yang makan larut malam memiliki tingkat obesitas yang lebih tinggi dan profil metabolik yang lebih buruk," kata Marinac.
"Dan khususnya, kami telah menemukan bahwa orang-orang yang memiliki durasi puasa lebih lama setiap malam, yang mungkin menyiratkan tidak makan larut malam, memiliki kontrol gula darah yang lebih baik dan risiko yang lebih rendah dari kekambuhan kanker," sambungnya.
Marinac menyebut, gangguan pada ritme sirkadian atau jam tubuh serta berkurangnya kemampuan untuk memproses glukosa adalah kemungkinan faktor mekanistik yang menghubungkan makan larut malam dengan risiko kanker.
Benarkah?
Sayangnya, hal tersebut tidak diamini oleh Dr Ganesh Palapattu, kepala onkologi urologi di University of Michigan Medical School.
Dia mengatakan bahwa banyak hal tidak diperhitungkan dalam studi baru tersebut. Sebagai contoh, tidak ada informasi mengenai pekerjaan peserta dan bagaimana keadaan psikologis mereka.
Menyadari kekurangan dalam penelitiannya, Tim peneliti juga mengatakan diperlukan studi lebih lanjut.
"Penelitian lebih lanjut pada manusia diperlukan untuk memahami alasan di balik temuan ini, tetapi semuanya tampaknya menunjukkan bahwa waktu tidur mempengaruhi kapasitas kita untuk memetabolisme makanan," kata penulis studi, Dora Romaguera.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.