Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Langsung Tidur Setelah Makan Tingkatkan Risiko Kanker

Kompas.com - 19/07/2018, 17:35 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

Sumber CNN,Newsweek

KOMPAS.com - Beberapa orang punya kebiasaan tidur setelah makan. Hal ini umumnya disebabkan oleh rasa kantuk karena kekenyangan.

Namun, siapa sangka langsung tidur setelah makan punya konsekuensi yang tidak terduga.

Menurut sebuah penelitian terbaru, orang yang makan tepat sebelum tidur memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker payudara dan prostat.

"Apa yang kita ketahui dari studi eksperimental ini adalah bahwa tubuh kita punya kondisi dan fungsi yang berbeda di berbagai waktu (siang dan malam)," ujar Dr Manolis Kegovinas, penulis utama penelitian ini dikutip dari CNN, Selasa (17/07/2018).

"Tubuh kita, bukan hanya manusia tetapi semua makhluk hidup, telah berkembang sepanjang waktu untuk berfungsi secara berbeda pada siang dan malam," sambung profesor di Barcelona Institute for Global Health itu.

Artinya, ada kemungkinan melakukan kegiatan tidak sesuai dengan ritme sirkadian bisa mengarah pada risiko kanker yang lebih tinggi.

Namun, para ilmuwan belum yakin tentang alasan dibalik korelasi tersebut.

"Dampaknya bisa sangat penting dalam budaya seperti di Eropa selatan, yang umumnya masyarakat makan malam lebih terlambat (mendekati waktu tidur)," kata Kogevinas dikutip dari Newsweek, Rabu (18/07/2018).

Beri Jeda

Dalam laporan penelitian yang diterbitkan di International Journal of Cancer itu, para peneliti merekrut hampir 4.000 peserta yang dipilih secara acak. Mereka terbagi menjadi dua kelompok.

Kelompok pertama adalah 621 orang yang menderita kanker prostat dan 1.205 yang menderita kanker payudara. Sedang kelompok kedua, 872 pria dan 1.321 pasien wanita tanpa kanker.

Baca juga: Efektifkan Kemoterapi, Pasien Kanker Disarankan Berolahraga

Kelompok kedua dikenal sebagai kelompok kontrol.

Selanjutnya, para peserta diwawancarai tentang kapan mereka makan dan kebiasaan tidur. Peserta juga mengisi kuesioner tentang kebiasaan makan mereka.

Para peneliti juga mempertimbangkan gaya hidup dan chronotype setiap orang. Chronotype adalah kecenderungan orang untuk beraktivitas di pagi atau malam hari (begadang).

Mereka juga mempertimbangkan faktor genetik (riwayat keluarga) serta efek lingkungan.

Hasilnya, tim ini menemukan bahwa orang yang makan malam sebelum jam 9 malam atau menunggu dua jam setelah makan sebelum tidur memiliki risiko lebih rendah terhadap kanker prostat dan payudara.

Ikuti Ritme Sirkadian

Sebagai informasi, penelitian sebelumnya juga menunjukkan risiko kanker payudara dan prostat lebih tinggi pada pekerja shift malam.

Ilustrasi begadangDragonImages Ilustrasi begadang

Menurut Kogevinas, hal itu kemungkinan karena adanya gangguan pada ritme sirkadian, atau siklus tidur dan bangun seseorang.

Pada 2007, Badan Penelitian Kanker milik Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan, bekerja pada shift malam punya risiko kesehatan terkair kanker pada manusia.

Catherine Marinac, peneliti di Dana-Farber Cancer Institute, mengatakan bahwa penelitian terbaru itu konsisten dengan apa yang diumumkan WHO.

Penelitian Marinac sendiri menunjukkan bahwa makan selaras dengan jam alami tubuh dapat membantu mengurangi risiko kekambuhan kanker payudara pada yang selamat.

Baca juga: Dokter AS Gunakan Virus Polio untuk Obati Kanker Otak

"Studi berbasis populasi menemukan bahwa orang yang makan larut malam memiliki tingkat obesitas yang lebih tinggi dan profil metabolik yang lebih buruk," kata Marinac.

"Dan khususnya, kami telah menemukan bahwa orang-orang yang memiliki durasi puasa lebih lama setiap malam, yang mungkin menyiratkan tidak makan larut malam, memiliki kontrol gula darah yang lebih baik dan risiko yang lebih rendah dari kekambuhan kanker," sambungnya.

Marinac menyebut, gangguan pada ritme sirkadian atau jam tubuh serta berkurangnya kemampuan untuk memproses glukosa adalah kemungkinan faktor mekanistik yang menghubungkan makan larut malam dengan risiko kanker.

Benarkah?

Sayangnya, hal tersebut tidak diamini oleh Dr Ganesh Palapattu, kepala onkologi urologi di University of Michigan Medical School.

Dia mengatakan bahwa banyak hal tidak diperhitungkan dalam studi baru tersebut. Sebagai contoh, tidak ada informasi mengenai pekerjaan peserta dan bagaimana keadaan psikologis mereka.

Menyadari kekurangan dalam penelitiannya, Tim peneliti juga mengatakan diperlukan studi lebih lanjut.

"Penelitian lebih lanjut pada manusia diperlukan untuk memahami alasan di balik temuan ini, tetapi semuanya tampaknya menunjukkan bahwa waktu tidur mempengaruhi kapasitas kita untuk memetabolisme makanan," kata penulis studi, Dora Romaguera.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau