KOMPAS.com - Beberapa orang punya kebiasaan tidur setelah makan. Hal ini umumnya disebabkan oleh rasa kantuk karena kekenyangan.
Namun, siapa sangka langsung tidur setelah makan punya konsekuensi yang tidak terduga.
Menurut sebuah penelitian terbaru, orang yang makan tepat sebelum tidur memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker payudara dan prostat.
"Apa yang kita ketahui dari studi eksperimental ini adalah bahwa tubuh kita punya kondisi dan fungsi yang berbeda di berbagai waktu (siang dan malam)," ujar Dr Manolis Kegovinas, penulis utama penelitian ini dikutip dari CNN, Selasa (17/07/2018).
"Tubuh kita, bukan hanya manusia tetapi semua makhluk hidup, telah berkembang sepanjang waktu untuk berfungsi secara berbeda pada siang dan malam," sambung profesor di Barcelona Institute for Global Health itu.
Artinya, ada kemungkinan melakukan kegiatan tidak sesuai dengan ritme sirkadian bisa mengarah pada risiko kanker yang lebih tinggi.
Namun, para ilmuwan belum yakin tentang alasan dibalik korelasi tersebut.
"Dampaknya bisa sangat penting dalam budaya seperti di Eropa selatan, yang umumnya masyarakat makan malam lebih terlambat (mendekati waktu tidur)," kata Kogevinas dikutip dari Newsweek, Rabu (18/07/2018).
Beri Jeda
Dalam laporan penelitian yang diterbitkan di International Journal of Cancer itu, para peneliti merekrut hampir 4.000 peserta yang dipilih secara acak. Mereka terbagi menjadi dua kelompok.
Kelompok pertama adalah 621 orang yang menderita kanker prostat dan 1.205 yang menderita kanker payudara. Sedang kelompok kedua, 872 pria dan 1.321 pasien wanita tanpa kanker.
Baca juga: Efektifkan Kemoterapi, Pasien Kanker Disarankan Berolahraga
Kelompok kedua dikenal sebagai kelompok kontrol.
Selanjutnya, para peserta diwawancarai tentang kapan mereka makan dan kebiasaan tidur. Peserta juga mengisi kuesioner tentang kebiasaan makan mereka.
Para peneliti juga mempertimbangkan gaya hidup dan chronotype setiap orang. Chronotype adalah kecenderungan orang untuk beraktivitas di pagi atau malam hari (begadang).
Mereka juga mempertimbangkan faktor genetik (riwayat keluarga) serta efek lingkungan.