Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dikejar dan Diusir Manusia, Gajah di India Stres

Kompas.com - 26/06/2018, 17:00 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor


KOMPAS.com - Valparai, daerah perbukitan di India selatan adalah zona konflik antar-spesies, manusia dan gajah.

Pada Agustus 2017, seorang pria berusia 60 tahun terinjak gajah liar dan meninggal saat ia menghadiri pemakaman sepupunya. Penduduk setempat melakukan protes dan menuntut tindakan.

Dua gajah yang telah dilatih digunakan untuk mengusir gajah betina kembali ke hutan.

Media lokal melaporkan lebih dari 100 warga menutup jalan raya untuk menyaksikan pengejaran dan pengusiran gajah yang berlangsung selama tiga jam.

Baca juga: Mengapa Bayi Gajah Ini Memutar Belalainya? Ahli Menjawab

Pada akhirnya, gajah itu mati dan tak ada alasan resmi mengapa gajah tersebut akhirnya mati.

Menurut data terakhir yang diumumkan pemerintah tahun lalu, satu orang meninggal di India setiap hari akibat gajah atau macan.

Gajah-gajah juga banyak yang dibunuh. Sementara hewan yang selamat dari perburuan, bayak yang berakhir dengan tertabrak kereta cepat, diracun, atau tersengat listrik.

Hal ini terjadi terus menerus, gajah dikejar dengan suara bising dan kendaraan-kendaraan yang disebut "pengejaran dengan kendaraan."

Studi terbaru mengungkap ada dampak atas kejadian tersebut, yakni gajah liar Asia yang hidup di India mengalami stres berkepanjangan.

Para peneliti dari Institute Sains Nasional di Bengaluru, India selatan, yang melakukan studi ini menggunakan kotoran gajah untuk membuktikannya.

Peneliti memeriksa kotoran gajah yang dikejar dalam operasi pengejaran. Peneliti memeriksa kotoran gajah yang dikejar dalam operasi pengejaran.

Selama lebih dari enam bulan, Sreedhar Vijay Krishnan dan rekan-rekannya mengumpulkan lebih dari 294 sampel dari 69 gajah liar di Valparai, di pegunungan Western Ghats.

Mereka meneliti kotoran gajah yang dikejar dalam operasi "pengejaran dengan kendaraan."

Para peneliti memeriksa tingkat hormon yang disebut glucocorticoid.

Binatang yang stres mengeluarkan glucocorticoids, semakin stres gajah artinya hormon glucocorticoids semakin banyak diproduksi. Hormon itu dilepaskan di sistem sirkulasi darah dan terbuang melalui kencing dan kotoran.

Sanjeeta Sharma Pokharel, seorang peneliti dari Pusat Ekologi Sains, mengatakan mengukur glucocorticoids dengan menggunakan kotoran segar hewan merupakan cara yang lebih etis dalam mempelajari tingat stres gajah.

Cara lain termasuk menggunakan sampel darah namun mengumpulkan binatang juga akan meningkatkan stres.

Studi ini menunjukkan, tingkat stres gajah yang tinggal di kawasan yang didominasi manusia sama saja dengan hewan-hewan yang tinggal di hutan Vazhachal yang tak terganggu.

Namun, gajah-gajah ini tak dapat beradaptasi dengan stres akibat pengejaran dengan kendaraan.

Pengajaran dengan cara ini menggunakan suara bising guna mengusir gajah, termasuk menggunakan genderang, klakson dan mercon.

"Langkah itu merupakan penyebab utama terjadinya stres," kata Sreedhar.

Baca juga: Gajah di India Merokok, Apa yang Sebenarnya Terjadi?

Setelah dikejar, gajah dewasa mengalami peningkatan stres sampai 40 persen lebih tinggi.

Bayi-bayi gajah yang paling mengalami dampak terparah, dengan peningkatan stres 100%.

"Interaksi negatif seperti ini yang menyebabkan stres dapat mempengaruhi keberlangsungan hidup gajah dan reproduksi," kata Vijayakrishnan.

Studi, yang diterbitkan di Perbandingan Endokrinologi, menyerukan langkah yang lebih proaktif dalam mengusir gajah dan meminimalkan gangguan manusia serta menciptakan tempat sehingga gajah bisa bergerak bebas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau