Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hampir 100 Juta Tahun Katak Malang Ini Terjebak di Batu Ambar

Kompas.com - 18/06/2018, 12:42 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis


KOMPAS.com - Belum lama ini para ilmuwan menemukan fosil katak purba yang terjebak dalam batuan ambar di Myanmar.

Ambar atau amber adalah resin pohon yang mengeras menjadi fosil dan digolongkan sebagai batu permata. Sebagian besar ambar di seluruh dunia berusia sekitar 30 sampai 90 juta tahun dan terkadang ada serangga atau vertebrata kecil yang terjebak di dalamnya.

Menariknya, para ahli memprediksi katak itu telah terjebak selama 99 juta tahun dan menjadikannya sebagai yang tertua dari jenisnya.

Sebelumnya ditemukan katak dalam ambar di Karibia berusia 40 juta tahun dan yang ditemukan di Meksiko berusia 25 juta tahun.

Baca juga: Ini Bukan Wajah, tetapi Pantat Katak Beracun dari Bolivia

Bagi ahli, temuan empat fosil katak dalam endapan ambar di Asia Tenggara adalah bukti paling awal tentang katak yang hidup di hutan tropis basah.

"Tidak pernah terdengar ada fosil katak kecil dari periode itu, ia memiliki tulang kecil dan tubuhnya hampir lengkap," kata herpetolog David Blackburn dari Florida Museum of Natural History, dilansir Science Alert, Jumat (15/6/2018).

"Yang paling menarik dari hewan ini adalah bentuknya. Katak ini merupakan bagian dari ekosistem tropis yang mirip seperti katak saat ini," imbuhnya.

Dalam makalah yang terbit di Nature Scientific Reports, Kamis (14/6/2018), ahli menjelaskan tubuh katak yang kecil dan rapuh membuatnya sulit bertahan hidup di masa lalu.

Mereka mengatakan, fosil katak tertua yang pernah ditemukan usianya sekitar 190 juta tahun dan ditemukan di lingkungan yang kering dan berukuran lebih besar.

Namun, katak dari Myanmar yang ditemukan di lingkungan basah menunjukkan kemiripan habitat dengan katak yang hidup saat ini.

Spesies yang sudah punah

Hasil analisis menunjukkan empat fosil katak itu merupakan spesies bernama Electroana limoae yang telah punah.

Salah satu ambar yang berisi kepala katak, kaki depan, bagian tulang belakang, dan salah satu bagian kaki belakang mirip kumbang yang tidak teridentifikasi.

Mereka menyebut, spesimen berukuran kurang dari satu inci itu belum sepenuhnya dewasa.

Menurut herpetolog, katak ini belum sepenuhnya terbentuk atau ada beberapa bagian yang hilang, termasuk tulang pergelangan tangan, tulang panggul dan pinggul, telinga bagian dalam, juga bagian atas tulang belakang.

Dari pengamatan tulang-tulang fosil, Electroana seperti punya kemiripan dengan katak api atau katak bidan. Namun anehnya, kedua katak yang masih hidup sampai saat ini itu hidup di daerah beriklim sedang, bukan hutan hujan basah.

Baca juga: Tahan Kencing 8 Bulan, Katak Ini Selamat dari Kematian

Sementara itu, tiga fosil lainnya memiliki dua tangan dan jejak katak yang mungkin dapat terurai di dalam resin (getah pohon).

"Mungkin tidak hanya ada satu spesies katak di hutan dan tampaknya suatu saat nanti kita dapat menemukan fosil lainnya," kata Blackburn.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau