Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berjuluk "Pohon Kematian", Inilah Pohon Paling Beracun di Dunia

Kompas.com - 13/06/2018, 19:07 WIB
Monika Novena,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

Sifat-sifat yang mengerikan inilah yang membuat banyak papan peringatan harus ditempatkan di sekitarnya, termasuk juga mengecat beberapa bagian pohon.


Berguna bagi ekosistem

Pohon ini memang bisa dibilang membawa bencana, dan kita tentu saja bisa memusnahkannya dengan mudah. Namun, mereka memiliki peran penting dalam ekosistem lokal.

Pohon manchineel berfungsi sebagai semak besar yang padat, sehingga menjadi penahan angin yang sangat baik dan perlindungan terhadap erosi di pantai Amerika Tengah.

Selain itu, tukang kayu Karibia telah menggunakan kayu Manchineel untuk keperluan pembuatan furnitur selama berabad-abad. Mereka mengakalinya dengan memotong kayu dengan hati-hati dan menjemurnya di bawah sinar matahari untuk menetralisir getah beracun.

Beruntung, Strickland dan temannya hanya memakan sedikit buah dan bisa hidup untuk menceritakan kisah itu.

Pada tahun 2000, Strickland menerbitkan sebuah tulisan di The British  Medical Journal yang menjelaskan gejala-gejala keracunannya secara terperinci.

Rupanya, butuh lebih dari delapan jam supaya rasa sakit mereda. Sebab, racun terus mengalir ke kelenjar getah bening di leher mereka sehingga memberikan penderitaan lebih lanjut. Mereka mengatasinya dengan meminum pina colada dan susu.

"Menceritakan pengalaman kami kepada penduduk setempat menimbulkan horor dan ketidakpercayaan mengenai buah itu. Kami mendapatkan pengalaman yang menakutkan darinya," tulis Strickland.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com