Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bahasa Gado-gado, Lepas Sejenak dari Norma dan Tabu yang Mengekang

Kompas.com - 09/06/2018, 20:06 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Editor

Sumber

Bahasa gado-gado juga menjadi salah satu bentuk sikap yang menantang kebijakan pemerintah yang masih memelihara sikap yang sama dengan Orde Baru yang menegakkan monolingualisme, dengan memberikan banyak ruang kepada Bahasa Indonesia baku.

Salah satu kebijakan yang bisa kita lihat pada EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) dan PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia, 2015), yang terkesan meminggirkan bahasa daerah dan bahasa asing. Salah satu contohnya dengan memiringkan huruf pada penggunaaan keduanya melalui kebijakan bahasanya.

Bahasa gado-gado untuk merayakan pribadi yang kosmopolitan

Karakter dalam novel Ms. B dan 9S10A merayakan pribadi mereka yang global dan lokal melalui penggunaan bahasa gado-gado. Dalam dialog dan narasi di mana bahasa gado-gado digunakan, baik narator dan karakter menggunakannya untuk merayakan beberapa budaya, nilai hidup yang mereka rasakan dan alami, saat di luar negeri.

Meskipun kerap mencampur bahasa Inggris dalam dialog dan narasi mereka, penulis, narator, dan karakter (yang selanjutnya akan saya sebut sebagai “penutur”) tidak melupakan akar rumpunnya dan rumahnya di Indonesia. Dalam beberapa kesempatan, bahasa gado-gado digunakan untuk menyatakan dan mendefinisi kembali arti kata “rumah” secara bersamaan.

Bagi mereka, “rumah” tidak lagi dimaknai secara sempit, namun “rumah” adalah tempat saat mereka mengembara dan tinggal di luar negeri, dan rumah saat di Indonesia. Bahasa gado-gado membantu mempertegas makna ini. Makna rumah dipertegas dan dinyatakan secara simbolik, dengan penggunaan dua bahasa.

Dengan kata lain, alih-alih melihat bahasa Inggris sebagai penghambat, para penutur ini melihat bahasa Inggris sebagai sumber daya atau kekuatan dalam menyampaikan maksud mereka, dengan lebih terbuka, lebih luas, dan tidak terikat ideologi yang diampu oleh bahasa Indonesia.

Dengan tetap menyatakan diri sebagai bangsa Indonesia melalui pemilihan bahasa Indonesia sebagai bahasa dominan dalam wacana mereka dan hal-hal non-linguistik lainnya yang mengesankan identitas mereka sebagai orang Indonesia, para penutur bahasa gado-gado ini menawarkan sebuah alternatif lain dalam menakar keindonesiaan kita: bahwa kita bisa membincangkan hal-hal di luar keindonesiaan secara lebih positif dan terbuka.

Setidaknya ini terlihat pada ragam tulisan atau pembicaraan yang sudah direncanakan, seperti pada dialog dan narasi novel.

Juga, melalui penggunaan bahasa gado-gado, seseorang bisa dan boleh melihat dirinya sebagai in-betweener, yakni sebagai orang Indonesia yang melihat “budaya asing” sebagai sesuatu yang bisa menjadi positif dan bukan melulu sebagai penghambat dalam pembentukan jati diri sebagai orang Indonesia.

Melalui bahasa gado-gado yang terstruktur baik secara tata bahasa, kita dapat melihat agensi kemandirian pembicara untuk menampilkan siapa dirinya kepada dunia.

Dalam melihat ragam bahasa ini, banyak dari kita terjebak pada struktur ras, etnis, suku bangsa, tapi tidak pada hasil produksi budaya yang terjadi di masyarakat itu sendiri (Hall, 1983). Bahasa gado-gado adalah salah satu produksi budaya yang memang terjadi.

Saya sepakat bahwa tidak semua bahasa gado-gado memiliki fungsi diskursif dan teratur. Namun akan sangat tidak adil menghakimi semua penuturnya secara sepihak tanpa melihatnya lebih dalam dan lebih teliti.

Dengan kata lain, mereka yang menggunakan dua bahasa atau lebih yang memiliki fungsi dikursif pun ada dan tidak serta-merta meninggalkan jati diri asalnya. Bagi penutur ini menjadi seorang bilingual dipandang sebagai sebuah keuntungan dan energi positif, dan bukan sebaliknya. Dan ini terlihat di novel-novel yang saya teliti.

Artikel ilmiah berjudul Bahasa gado-gado: English in Indonesian popular texts bisa dibaca di sini.

*Honorary Visiting scholar at Institute of Culture, Discourse and Communication (ICDC), Auckland University of Technology

Artikel ini pertama terbit di The Conversation.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com