Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Alasan Mengumpat Bisa Jadi Baik Bagi Kita

Kompas.com - 08/06/2018, 20:33 WIB
Michael Hangga Wismabrata,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

Sinyal sensor ini berjalan dari amigdala ke hiptalamus dalam area abu-abu di bagian tengah otak. Bagian otak tersebut terkait dengan kemampuan otak untuk membuat konsep dan ucapan sehari-hari.

Namun, mengumpat juga membuat kita berbeda dari hewan.

Ilmuwan Emma Byrne, pengarang buku berjudul Swearing Is Good For You, mengatakan, jauh dari sekadar teriakan sederhana. Mengumpat adalah sinyal sosial kompleks yang sarat dengan makna emosi dan budaya.

Mengumpat menandakan kejujuran

Dalam penelitian yang terbit pada tahun 2017, para ahli menguji apakah ada kaitan langsung antara mengumpat dan kadar kejujuran seseorang.

Mereka melakukan wawancara kepada peserta dan menanyakan seberapa sering mereka mengumpat, kata umpatan apa yang paling disukai dan sering diucapkan, dan mengapa sering mengumpat.

Setelah itu, para ahli menguji kejujuran para peserta dan menemukan bahwa peserta yang sering mengumpat cenderung tidak suka berbohong.

Studi itu juga menjelaskan, "banyak orang melihat caci maki merupakan ekspresi otentik dari emosi, daripada menjadi antisosial dan melakukan perilaku berbahaya".

Selain itu, para ahli juga meneliti kurang lebih 74.000 pesan pengguna aktif Facebook. Analisisnya, "mereka yang sering mencaci maki ternyata lebih jujur dalam menuliskan update status mereka di Facebook".

Baca Juga: Ternyata Emosi Berperan Penting Menciptakan Kenangan, Kok Bisa?

Mengumpat dapat membuat Anda akrab dengan teman

Disadari atau tidak, saling ejek dan umpatan di kantor ternyata dapat membuat suasana kerja lebih akrab. Emma Byrne menjelaskan dalam bukunya, sejumlah ejekan "bagus untuk menimbulkan ikatan kelompok dan inklusifitas dapat meningkatkan produktifitas kerja".

Salah satu kata umpatan yang paling sering diucapkan, menurut penelitian tahun 2004 dalam Journal of Pragmatics, adalah kata bahasa Inggris dengan huruf depan F.

Peneliti merekam percakapan sebuah tim kerja di sebuah pabrik sabun di Selandia Baru. Dalam rekaman berdurasi 35 jam tersebut, para ahli menemukan kata makian dengan huruf F digunakan untuk mengekspresikan keramahan dan solidaritas, serta sarana untuk memperbaiki hubungan yang tidak baik.

Koordinator tim tersebut menjelaskan, umpatan dan ejekan digambarkan sebagai bentuk saling mengerti di antara mereka dan tidak ada yang merasa sakit hati.

Mengumpat bisa membuat banyak orang menyukai Anda di dunia politik

Sebuah teori menjelaskan bahwa politisi ternyata mendapatkan "gengsi terselubung" dengan penggunaan bahasa kotor.

Gengsi ini mengacu pada pemilihan bahasa yang dihargai oleh sekelompok kecil orang yang tidak diterima dalam kelompok besar.

Michael Adams, seorang profesor bahasa Inggris di Indiana University Bloomington, mengatakan, politisi sering mencari prestise rahasia dengan menggunakan dialek politik "untuk menarik pemilih tertentu".

Sementara itu, berdasarkan penelitian yang terbit di Journal of Language and Social Psychology dan penelitian pada tahun 2014, mengumpat membuat politisi tampak lebih dekat dengan pendukungnya dan bahasanya tampak lebih informal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com