Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan Militer Ciptakan Algoritma untuk Dapatkan Kopi Sempurna

Kompas.com - 08/06/2018, 12:18 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Sumber Newsweek


KOMPAS.com - Banyak orang percaya kopi dapat membantu kita terjaga dan tidak mengantuk. Namun, banyak pula yang mengeluh sakit di dada sampai jantung berdebar kencang usai minum kopi.

Sebenarnya, bila kopi diracik dengan dosis yang tepat, kopi akan membantu tetap waspada dan fokus tanpa jantung berdebar kencang.

Ilmuwan militer AS pun telah mengembangkan algoritma untuk memanfaatkan kekuatan kopi untuk para tentara.

Baca juga: Ilmuwan Bikin Kopi dengan Campuran Serbuk Brokoli

"Dengan menggunakan algoritma yang menentukan kapan dan berapa banyak kafein dalam secangkir kopi, kami dapat meningkatkan kewaspadaan hingga 64 persen," kata peneliti utama Jaques Reifman, ilmuwan militer senior di US Army Medical Research and Materiel Command di Fort Detrick, Maryland, dalam sebuah pernyataan dilansir Newsweek, Kamis (7/6/2018).

Penelitian yang dipresentasikan dalam konferensi SLEEP 2018 di Baltimore itu juga sudah diterbitkan dalam jurnal Sleep edisi (27/4/2018).

Mereka mengklaim, dengan mengurangi konsumsi kafein sampai 65 persen, manfaat untuk meningkatkan kewaspadaan tetap diperoleh di waktu yang sama.

Para ilmuwan membuat algoritma setelah mengevaluasi strategi dosis kafein yang dirinci dalam sejumlah studi kehilangan tidur eksperimental.

Algoritma tersebut menggunakan data studi untuk memodelkan efek kafein dan kurang tidur pada peserta yang berhasil dalam tugas kewaspadaan psikomotor, seperti meminta peserta memencet tombol secepat mungkin saat melihat lampu di layar monitor.

Peneliti kemudian membuat algoritma dari jadwal tidur dan dosis kafein. Hal ini dapat memberi rekomendasi dosis kafein secara personal.

Baca juga: Temuan Baru: Kopi Punya Efek Berlawanan dengan Ganja

"Algoritma kami adalah alat kuantitatif pertama yang memandu pemberian kafein yang aman dan efektif untuk memaksimalkan kewaspadaan di saat-saat paling dibutuhkan," kata Reifman.

Namun tidak dapat dipastikan kapan algoritma ini akan digunakan untuk masyarakat umum.

Para ahli masih menguji algoritma untuk para tentara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Newsweek
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com