KOMPAS.com - Kelahiran kembar siam adalah sesuatu yang langka di dunia hewan.
Pertengahan Mei lalu kita mendengar kabar kelahiran rusa kembar siam di Minnesota, Amerika Serikat. Rupanya, di negara bagian AS lainnya, yakni Louisiana, hidup seekor ular kembar siam.
Berbeda nasib dengan rusa kembar siam, ular tikus barat (Pantherophis obsoletus) milik Tanee Janusz itu masih sehat sejak ditemukan September tahun lalu di kebun milik temannya.
Sejak saat itu Tanee yang bekerja sebagai seorang naturalis merawat ular unik itu dan menamai masing-masing kepala ular dengan nama Filo dan Gumbo.
Baca juga: Kali Pertama di Dunia, Bayi Rusa Berkepala Dua Ditemukan
Kasus kelainan genetik terbilang langka, setidaknya hanya ada satu dari 10.000 kelahiran seperti ini.
Kelainan genetik disebabkan oleh pembelahan embrio yang tidak sempurna. Hal ini menyebabkan hewan lahir dengan dua kepala dalam satu tubuh, satu sistem pernapasan, dan satu sistem pencernaan.
"Saat saya pertama kali melihat mereka, saya pikir mereka adalah hewan paling unik yang pernah ada," ujar Tanee dilansir Metro, Senin (4/6/2018).
"Mereka kadang memiliki keinginan berbeda yang berujung pertengkaran, misalnya yang satu ingin pergi ke suatu arah tapi yang lain ingin pergi ke arah sebaliknya. Akhirnya mereka berkelahi," imbuhnya.
Merawat ular berkepala ganda tidak jauh berbeda dengan merawat ular biasa. Bedanya, ia harus memastikan Filo dan Gumbo dapat makan dan minum dengan benar.
"Saya harus memastikan bahwa mangkuk air mereka tidak terlalu dalam, agar mencegah kepala yang dominan menyeret kepala yang tidak dominan ke dalam air," jelasnya.
Tanee pun percaya ular uniknya ini memiliki umur yang sama dengan ular lain dari jenisnya ini. Mereka bisa bertahan 10 tahun hidup di alam liar dan 20 sampai 25 tahun dalam perawatan manusia.
Baca juga: Kembar Siam, Ular Ini Punya Dua Kepala dan Jantung Ganda
Berkat ular uniknya, Tanee saat ini disibukkan mengunjungi sekolah, perpustakaan, dan kelompok pramuka untuk mengedukasi masyrakat tentang hewan langka.
"Di lingkungan tempat tinggal saya lebih menyukai ular yang mati karena dianggap tidak berbahaya. Lewat ular unik ini, masyarakat kini mulai terbuka terhadap satwa liar," katanya kepada Newsweek.
Filo dan Gumbo memiliki riwayat kesehatan yang baik. Tanee berpendapat, ularnya ini sangat mungkin mati bila hidup di alam liar karena ia merayap dengan sangat lambat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.