KOMPAS.com - Tanpa disadari oleh para peneliti di Eropa, cacing asal Asia ternyata sudah merambah di Benua Biru, tepatnya Perancis selama beberapa dekade terakhir. Ilmuwan mengkhawatirkan invasi cacing predator tersebut akan mengancam spesies cacing tanah.
Kekhawatiran ini bermula ketika seorang naturalis amatir, Pierre Gros menemukan seekor cacing berkepala pipih di kebunnya. Gros merasa ada yang janggal dengan cacing tersebut.
Dia kemudian mengirimkan foto cacing kepala pipih itu kepada Jean-Lou Justine, seorang profesor dari National Museum of Natural History. Justine tak begitu saja percaya dengan foto tersebut.
Namun, Gros bersikeras dan mengirimkan lebih banyak foto cacing yang lebih besar.
"(Saya pikir) Pria itu membawa cacing tersebut dari perjalanannya, dan berpura-pura menemukannya saat menggali kebunnya," ungkap Justine ketika menggambarkan apa yang dia pikirkan ketika melihat foto tersebut pertama kali.
Meski mulanya tak percaya, Justin juga penasaran dengan cacing tersebut. Justine mengatakan, cacing kepala pipih tersebut bukan berasal dari Perancis.
"Kami tidak memiliki itu di Perancis," kata Justine, dilansir dari Washington Post, Selasa (22/5/2018).
Memangsa Cacing Tanah
Cacing kepala pipih dalam foto itu termasuk dalam genus Bipalium yang suka memangsa cacing tanah di bawah sinar matahari yang hangat. Cacing ini biasanya ditemukan di Asia, yang memiliki iklim lebih hangat.
Hal inilah yang membuat Justin dan Gros penasaran tentang apa yang sebenarnya terjadi.
Selanjutnya, Justine dan Gros bekerja sama untuk melakukan penelitian terhadap invasi cacing kepala pipih itu di Perancis. Hasil penelitian mereka kemudian diterbitkan dalam jurnal PeerJ.
Baca Juga: Kabar Baik, Cacing Parasit Sepanjang 1 meter ini Sudah Hampir Dibasmi
Untuk membantu penelitian mereka, para ahli meminta masyarakat untuk membagikan informasi terkait keberadaan cacing predator tersebut yang ada di lingkungan mereka.
Hasilnya, jejak cacing terendus dari wilayah Inggris hingga Karibia yang menjadi koloni Perancis.
Setelah mendapat tanggapan dari masyarakat, para ahli mulai memilah data yang masuk dan salah satunya terdapat kiriman rekaman kaset video VHS yang dibuat direkam pada tahun 1999 oeh sebuah keluarga.
Pada tahun 2013, para ahli mendapat informasi tentang murid taman kanak-kanak yang mengaku melihat banyak "ular" menggeliat di tengah taman bermain mereka. Tentu saja itu bukanlah ular, melainkan cacing kepala pipih.
Secara keseluruhan ada 111 pengamatan dari warga yang dikirim dalam rentang waktu 1999-2017. Ada tiga jenis cacing yang analisis para ahli, termasuk Bipalium kewense yang pertama kali merambah Kebun Kew di Inggris.
Selain cacing pipih, para ahli juga menemukan cacing biru yang dimungkinkan sebagai spesies baru.
Sementara itu, para ahli mencatat sebagian besar cacing berada di selatan Perancis, terutama saat musim panas basah dan musim dingin yang ringan dimana hewan dapat untuk bertahan hidup meskipun tinggal di dalam liang mereka.
Jejak cacing kepala pipih tersebut juga ditemukan di luar wilayah Perancis. Para ahli juga menemukan cacing berwarna biru yang mungkin menjadi jenis cacing baru.
Seperti diketahui, tubuh lunak pada cacing kepala pipih dapat menghasilkan sejumlah zat bernama tetrodotoxin yang berfungsi melumpuhkan mangsa mereka dan panjang tubuh mereka bisa mencapai 30 sentimeter.
Mengancam Kesuburan Tanah
"Spesies ini samar dan tinggal di tanah sehingga dapat dengan mudah diabaikan, yang sering menjelaskan persebaran yang tidak disengaja di seluruh dunia," kata Archie Murchie, ahli entomologi dari Agri-Food and Biosciences Institute Inggris, yang tidak terlibat dengan penelitian ini.
Baca Juga: Ngeri tapi Nyata, Wanita Ini Temukan 14 Cacing Parasit dalam Matanya
Menurutnya, cacing jenis ini menyebar dan akan terus menyebar, seiring dengan peningkatan perdagangan antar-negara.
Hingga saat ini belum ditemukan dampak langsung dari cacing pipih terhadap manusia.
Namun, Murchie telah mempelajari bagaimana cacing pipih Selandia Baru secara invasif melahap cacing tanah di Irlandia dan Skotlandia dan membuat hasil rumput turun hingga sekitar 6 persen di wilayah tersebut.
"Cacing pipih invasif dapat memiliki dampak besar pada fauna tanah lainnya," kata Murchie.
Selain itu, cacing pipih yang ukurannya lebih kecil juga telah menyerang Florida di mana mereka juga memakan cacing tanah.
Memang masih belum jelas bagaimana cacing jenis ini akan mempengaruhi keanekaragaman hayati di Perancis. Meski begitu, cacing ini bisa menjadi "pemangsa berbahaya" bagi makhluk yang membantu menyuburkan tanah.
Inilah yang membuat para ahli biologi khawatir.
Hal lain yang mengkhawatirkan adalah mengapa invasi cacing pipih ini tidak terdeteksi oleh para ahli.
"Ini Perancis! Ini seharusnya menjadi negara maju. Kami memiliki banyak ilmuwan, kami memiliki universitas di mana-mana," kata Justine menggambarkan kekagetannya tentang invasi cacing tersebut dikutip dari SCMP, Kamis (24/05/2018).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.