Ini dilakukan untuk memastikan bahwa lumba-lumba tidak dapat menimbulkan gigitan serius pada perenang.
Baca juga: Bali Deklarasikan Darurat Sampah, Apa yang Harus Dilakukan?
"Ini adalah tragedi bahwa Bali, tujuan yang begitu indah bagi wisatawan, memaksa hewan-hewan liar dikurung untuk bertahan seperti kondisi yang mengerikan," ungkap Steve McIvor, CEO WAP dikutip dari Newsweek, Selasa (22/05/2018).
Pearson menjelaskan bahwa mungkin turis tidak menyadari hal ini. Itu karena turis melihat tempat yang indah dengan hewan yang terlihat baik-baik saja.
Namun, ketika para turis pergi, hewan-hewan tersebut dikembalikan ke kandang yang kecil dan sempit.
“Di balik layar, hewan liar diambil dari induk mereka sedari bayi atau dibesarkan di penangkaran untuk disimpan dalam kondisi kotor, sempit, atau berulang kali dipaksa untuk berinteraksi dengan turis selama berjam-jam," tutur McIvor.
McIvor menyayangkan hal ini terjadi di Bali dan pulau lain yang terkenal dengan keindahannya.
“Bali adalah surga yang indah dan ekonominya bergantung pada jutaan turis yang bepergian ke sana setiap tahun," ujarnya.
"Sayangnya, hingga Bali meningkatkan kesejahteraan hewan di tempat-tempat yang mengerikan ini, kami mendesak para wisatawan untuk menghindarinya,” tambahnya.
Sebenarnya, hal ini bukan hanya masalah di Indonesia saja. Di seluruh dunia, hewan liar ditangkap atau dibesarkan di penangkaran untuk digunakan dalam industri pariwisata.
Mengingat laporan tersebut, WAP mendorong para wisatawan untuk memboikot perusahaan perjalanan yang mempromosikan dan mendukung tempat-tempat kejam.
"Ada industri yang tidak diatur secara hukum, sehingga mereka memaksimalkan keuntungan dengan mengorbankan hewan," ujar Pearson.
“Jika Anda bisa naik, memeluk atau berfoto selfie dengan hewan liar, maka itu kejam — jangan lakukan, tidak peduli berapa banyak ‘like’ yang akan didapatkan di media sosial,” kata McIvor.
Baca juga: Pria Ini Mengaku Hilang Ingatan Setelah Digigit Nyamuk di Bali
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.