Ugueto bercerita bahwa dia mendapat tugas untuk merekonstruksi serangkaian burung dari era Kenozoikum dan hanya memiliki tulang pahanya, dan ia harus merekonstrukinya.
Baca juga: Jejak Kaki Raksasa Ungkap Rahasia Dinosaurus Berleher Panjang
Tentu ini bukan hal yang mudah sehingga dia harus melakukan sejumlah riset dari kerabat burung tersebut, serta menambahnya dengan berbagai macam bacaan untuk mengetahui bagaimana lingkungan hewan itu.
Setelah banyak membaca dan meneliti, Ugueto akhirnya mulai membuat sketsa lalu menyempurnakan dengan rekonstruksi kerangka penuh. Dia kemudian menyatukannya dengan bagaimana setiap otot akan menempel pada setiap tulang dan akhirnya bagaimana fitur lain seperti sisik serta bulu akan menempel pada otot.
Cerita seperti ini mungkin tidak akan kita dapati pada paleoartis yang bekerja pada abad-19 dan awal abad ke-20. Pada saat itu, profesi ini dianggap tidak terlalu penting.
Akibatnya, penggambaran dinosaurus pada masa itu kurang mendekati dengan gambaran yang sesungguhnya.
Ambil contoh saja, pada tahun 1940-an dan 50-an, dinosaurus umumnya digambarkan sebagai penghuni rawa yang lamban. Gelombang penelitian pada tahun 1970-an kemudian mengubah gambaran itu menjadi mahluk yang lebih lincah, menjadikan gambaran itu lebih dekat seperti dinosaurus yang kita kenal saat ini.
Baca juga: Caihong Juji, Dinosaurus Berbulu Pelangi yang Sita Perhatian Ilmuwan
Namun, penggambaran dinosaurus yang seperti monster sudah terlanjur dipakai. Budaya pop juga berperan membentuk bagaimana orang-orang membayangkan hewan prasejarah dan mereka tidak serta merta senang dengan versi akurat yang digambarkan oleh paleoartis.
Contohnya saja Tyrannosaurus rex. Studi mengungkap jika sebenarnya T rex memiliki bulu-bulu. Namun tidak semua orang menganggap tampilan itu sebagai hal yang mengagumkan.
"Mereka ingin monster untuk film, bukan binatang sungguhan," sesal Ugueto.
Padahal, dengan menggambarkan dinosaurus seakurat mungkin, kita bisa melihat bagaimana ia bergerak, makan, bernafas. Dengan begitu, kita bisa memahami mahluk yang sudah punah dengan lebih baik.
Untungnya, sekarang kondisi semakin baik seiring makin banyaknya penemuan-penemuan fosil.
"Sekarang saya merasa seperti ada revolusi lain. Ada banyak penemuan dan sains terbaru yang memungkinkan kita melihat dinosaurus dengan cara yang berbeda," ungkap Ugueto.
"Kami tahu sekarang apa warna yang mereka miliki. Kami tahu lebih banyak bagaimana mereka terkait satu sama lain, perilakunya. Setiap tahun banyak spesies baru ditemukan jadi ada banyak sekali pekerjaan yang menunggu untuk menggambarkan bagaimana rupa mereka," tambahnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.