Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Paleoartis yang Hidupkan Kembali Makhluk Paleolitikum

Kompas.com - 18/05/2018, 17:30 WIB
Monika Novena,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dunia sains tidak hanya untuk para peneliti. Ada juga profesi yang mungkin tidak pernah Anda bayangkan sebelumnya, seperti pekerjaan Gabriel Ugueto yakni paleoartis.

Meski tidak sepopuler profesi lainnya, paleoartis punya peran yang penting. Berkat tangan merekalah, kita bisa meyaksikan seperti apa rupa dinosaurus serta makhluk yang hidup pada jaman Paleolitikum seakurat mungkin.

Ya, paleoartis memang memiliki keahlian membuat replika mahluk yang hidup pada masa itu.

Berhubung ilustrasi yang dibuat adalah makhluk hidup yang sudah punah ribuan tahun, tentunya tugas paleoartis tidak semudah membuat ilustrasi pada umumnya.

Ugueto sendiri menceritakan bagimana dia harus mempelajari fosil terlebih dahulu untuk membuat gambaran utuh dari hewan prasejarah yang sudah punah.

Baca juga: Gajah, Badak, dan Ikan Bisa Kentut, Bagaimana dengan Dinosaurus? 

"Untuk menjadi paleoartis, Anda harus tahu subyek Anda dengan sangat baik. Lihat berbagai macam hewan dan terus membaca dan membaca lalu berlatih," kata Ugueto.

Ugueto kecil terobsesi dengan sebuah buku berjudul A Guide to the Birds of Venezuela yang penuh dengan ratusan ilustrasi burung penuh warna. Selain menyukai binatang, ia juga senang menggambarkannya.

Namun Ugueto sendiri awalnya tidak terlalu yakin dengan apa yang ia lakukan. Ia mencoba mempelajari biologi, tetapi akhrnya memutuskan untuk belajar ilustrasi dan desain grafis di universitas. Meski begitu, ia tetap tidak meninggalkan kebiasaannya untuk membaca.

Ia kemudian bekerja sebagai peneliti independen. Bekerja dengan rekan penulis yang terkait dengan museum dan institusi herpetologi, ia bahkan menjelaskan beberapa spesies kadal baru dari Venezuela.

Di masa itu, Ugueto sering mendapatkan keluhan dari peneliti karena tidak memiliki gambar dari spesies yang mereka teliti.

Baca juga: Bukan Salah Siapa pun, Dinosaurus Punah karena Mereka Sendiri 

"Banyak rekan peneliti yang bercerita, mereka tidak memiliki gambar atau foto spesies karena sangat langka. Dan saya akan berkata, tidak masalah karena saya bisa menggambarnya," kenang Ugueto.

Akhirnya, cukup banyak orang yang memintanya bekerja paruh waktu sebagai paleoartis serta ilustrator ilmiah.

Sketsa menjadi tahap awal rekonstruksi fosilsciencefriday Sketsa menjadi tahap awal rekonstruksi fosil

Proses Panjang

Kini saat Ugueto menerima pekerjaannya, Ia akan memeriksa fosil secara teliti.

Dia mengukurnya untuk mendapatkan gambaran mengenai proporsi hewan itu. Jika ia tidak bisa memahami fosil yang sebenarnya, dia akan meminta ahli paleontogi untuk menjelaskan tekstur tulang di beberapa tempat tertentu. Kemudian ia akan mempelajari literatur ilmiah mengenai hewan yang bersangkutan, serta kerabat dekatnya.

Ugueto bercerita bahwa dia mendapat tugas untuk merekonstruksi serangkaian burung dari era Kenozoikum dan hanya memiliki tulang pahanya, dan ia harus merekonstrukinya.

Baca juga: Jejak Kaki Raksasa Ungkap Rahasia Dinosaurus Berleher Panjang

Tentu ini bukan hal yang mudah sehingga dia harus melakukan sejumlah riset dari kerabat burung tersebut, serta menambahnya dengan berbagai macam bacaan untuk mengetahui bagaimana lingkungan hewan itu.

Setelah banyak membaca dan meneliti, Ugueto akhirnya mulai membuat sketsa lalu menyempurnakan dengan rekonstruksi kerangka penuh. Dia kemudian menyatukannya dengan bagaimana setiap otot akan menempel pada setiap tulang dan akhirnya bagaimana fitur lain seperti sisik serta bulu akan menempel pada otot.

Cerita seperti ini mungkin tidak akan kita dapati pada paleoartis yang bekerja pada abad-19 dan awal abad ke-20. Pada saat itu, profesi ini dianggap tidak terlalu penting.

Akibatnya, penggambaran dinosaurus pada masa itu kurang mendekati dengan gambaran yang sesungguhnya.

Ambil contoh saja, pada tahun 1940-an dan 50-an, dinosaurus umumnya digambarkan sebagai penghuni rawa yang lamban. Gelombang penelitian pada tahun 1970-an kemudian mengubah gambaran itu menjadi mahluk yang lebih lincah, menjadikan gambaran itu lebih dekat seperti dinosaurus yang kita kenal saat ini.

Baca juga: Caihong Juji, Dinosaurus Berbulu Pelangi yang Sita Perhatian Ilmuwan

Namun, penggambaran dinosaurus yang seperti monster sudah terlanjur dipakai. Budaya pop juga berperan membentuk bagaimana orang-orang membayangkan hewan prasejarah dan mereka tidak serta merta senang dengan versi akurat yang digambarkan oleh paleoartis.

Contohnya saja Tyrannosaurus rex. Studi mengungkap jika sebenarnya T rex memiliki bulu-bulu. Namun tidak semua orang menganggap tampilan itu sebagai hal yang mengagumkan.

"Mereka ingin monster untuk film, bukan binatang sungguhan," sesal Ugueto.

Padahal, dengan menggambarkan dinosaurus seakurat mungkin, kita bisa melihat bagaimana ia bergerak, makan, bernafas. Dengan begitu, kita bisa memahami mahluk yang sudah punah dengan lebih baik.

Untungnya, sekarang kondisi semakin baik seiring makin banyaknya penemuan-penemuan fosil.

"Sekarang saya merasa seperti ada revolusi lain. Ada banyak penemuan dan sains terbaru yang memungkinkan kita melihat dinosaurus dengan cara yang berbeda," ungkap Ugueto.

"Kami tahu sekarang apa warna yang mereka miliki. Kami tahu lebih banyak bagaimana mereka terkait satu sama lain, perilakunya. Setiap tahun banyak spesies baru ditemukan jadi ada banyak sekali pekerjaan yang menunggu untuk menggambarkan bagaimana rupa mereka," tambahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com