Meskipun demikian, mahasiswa teknik Kenya seperti Lucy Ruto terkesan dengan pencapaian sejauh ini.
"Saya sangat senang karena program ini datang pada saat ketika beberapa siswa Kenya berangkat ke luar negeri untuk mempelajari teknologi geospasial dan ruang angkasa, meninggalkan universitas kami," ujar Ruto.
"Saya sangat senang karena tahu ketika mereka ada di sana, mereka akan tahu bahwa kita dapat bersaing dengan program luar angkasa," imbuhnya.
Baca juga: TESS, Satelit Pemburu Planet Alien Milik NASA Sukses Mengangkasa
Universitas Nairobi sudah membuat rencana untuk pengembangan satelit lebih lanjut.
Hal ini disampaikan oleh Peter Ngau, kepala Fakultas Arsitektur dan Teknik.
"Langkah kami berikutnya adalah satu, untuk mencoba membuat ukuran lebih besar dari satelit nano ini. Yang telah kita lakukan disebut 1-U. Kita perlu membuat 3-U," kata Ngau dengan optimis.
"3-U dapat berisi kamera resolusi tinggi. Itu juga dapat berisi peralatan untuk komunikasi. Jadi, yang ini akan membutuhkan satu tahun lagi untuk membuatnya," tambahnya.
Ngau juga mengatakan, universitas telah mengirim tiga siswa Kenya untuk gelar sains tingkat lanjut di Kyushu Institute of Technology Jepang yang terkenal akan pengujian nano-satelit.
Universitas Nairobi mengatakan satelit pertama Kenya ini akan digunakan untuk mengumpulkan data tentang satwa liar, prakiraan cuaca, manajemen bencana, dan ketahanan pangan - di antara tujuan lainnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.