Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bukan dari China, Kusta Terbukti Berasal dan Menyebar dari Tanah Eropa

Kompas.com - 15/05/2018, 20:36 WIB
Monika Novena,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tim peneliti internasional berhasil mengungkap dari mana asal muasal penyakit kusta. Mereka menduga jika kusta berasal dari Eropa, bukan dari China atau negara-negara Timur seperti perkiraan sebelumnya.

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal PLOS Pathogens ini memang bertujuan untuk menyelidiki lebih lanjut sejarah dan asal mula Mycobacterium leprae dengan mencari bukti genetik dari sejumlah besar sampel kuno dari seluruh Eropa.

M.leprae sendiri merupakan bakteri penyebab utama kusta, sementara kusta merupakan salah satu penyakit tertua yang tercatat dalam sejarah manusia.

Penyakit ini umum ditemui di Eropa sampai abad ke-16 dan masih menjadi endemik di banyak negara, terutama di daerah khatulistiwa, dengan lebih dari 200.000 kasus baru dilaporkan setiap tahun.

Baca juga: Kisah Ernawati Menaklukkan Kusta yang Menggerogoti Tubuhnya

Kini, tim internasional termasuk di antaranya dari Max Planck Institute for the Science of Human History, the University of Tübingen, EPFL Lausanne, dan University of Zurich berhasil menemukan berbagai macam galur kusta di Eropa pada masa abad pertengahan.

Temuan ini menunjukkan jika Eropa menjadi titik asal muasal penyakit kusta.

Kesimpulan tersebut diambil setelah tim melakukan analisis terhadap 90 kerangka dengan tulang yang memiliki karakteristik kusta dari seluruh Eropa, dan dari periode waktu sekitar 400-1400 Masehi.

Hasilnya, mereka menemukan 10 genom M leprae. Genom ini merepresentasikan galur lepra yang sudah diketahui saat ini, termasuk galur yang sekarang terkait dengan lepra yang ada di lokasi berbeda di seluruh dunia, termasuk Asia, Afrika, dan Amerika.

"Kami menemukan lebih banyak keragaman genetik di Eropa kuno daripada yang diperkirakan," jelas Johannes Krause, peneliti juga direktur di Max Planck Institute for the Science of Human History.

"Selain itu, kami menemukan bahwa semua galur kusta yang ditemukan mungkin memang berasal dari Eurasia barat," tambahnya.

Menariknya, dari 10 genom yang ditemukan, salah satunya merupakan genom M leprae tertua yang berhasil diurutkan. Genom itu ditemukan di Great Chesterford Inggris dan berasal dari 415-545 Masehi.

Baca juga: Kasus Baru Kusta Mencemaskan

Bukti ini pada akhirnya turut membuka pandangan baru soal bagaimana kusta menyebar ke seluruh dunia.

Pasalnya, galur tertua yang ditemukan itu ternyata juga ditemukan pada tupai merah modern. Temuan itu mendukung hipotesis bahwa tupai serta perdagangan bulu tupai merupakan faktor penyebaran lepra di antara manusia di Eropa selama periode abad pertengahan.

"Dinamika transmisi M leprae sepanjang sejarah manusia tidak sepenuhnya terselesaikan. Keterkaitan antara karakteristik dan geografi galur kuno merupakan hal yang penting untuk menentukan asal kusta," kata Verena Schuenemann dari University of Zurich.

"Meski kami memiliki beberapa catatan tertulis mengenai kasus lepra, belum satu pun yang telah dikonfirmasi pada tingkat molekuler," tambahnya

Banyaknya genom kuno dalam penelitian ini telah menghasilkan beberapa hal baru, di antaranya mengenai usia penyakit lepra itu sendiri yang setidaknya sudah berusia ribuan tahun.

Kedepannya, para peneliti berharap akan mendapatkan lebih banyak genom kuno lainnya untuk melengkapi penelitian mereka.

"Memiliki lebih banyak genom kuno dalam analisis data akan menghasilkan perkiraan yang lebih akurat. Dan tentunya kita berharap menemukan kasus kusta yang lebih tua dari studi saat ini," pungkas Krause.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com