"Nah, itu siapa? Hero-nya tentu balik lagi dengan keluarga yang paling dekat," katanya.
"Keluarga itu bisa kepala keluarga, bisa ibu, pokoknya ketika bersama keluarga kita merasa aman," tambahnya.
Di luar keluarga, Ratih menyebut, rasa aman bisa diberikan di lingkungan.
"Pamong-pamong juga perlu memberikan jaminan rasa aman." ujarnya.
"Kalau di gereja, itu kan ada pendeta, imam, atau pastor," sambungnya.
Menurutnya, tokoh-tokoh tersebut perlu memberikan peneduhan atau jaminan rasa aman.
"Yang paling signifikan memberikan jaminan rasa aman adalah pemerintah," kata Ratih.
"Pemerintah di sini kita kan melihatnya pada presiden dan aparat. Bagaimana polisi bergerak sigap menangani teroris dan relawan-relawan yang membantu memberikan jaminan rasa aman," sambungnya.
Hal serupa juga dikatakan oleh Tri Hadi, psikolog yang tergabung dalam Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) JAYA.
"Kontak sosial yang baik (keluarga, teman, rekan kerja) sangat membantu mengurangi kecemasan (dalam trauma)," kata Tri.
Tetap Ibadah
Selain itu, menurut Tri, melakukan aktivitas fisik dan kegiatan ibadah atau spiritual juga baik untuk menenangkan diri.
"Tips yang bisa membantu juga, jangan terfokus pada diri sendiri dan menyendiri. Berbagi dan bergaul dengan orang-orang yang tetap tenang dan optimis," ujarnya.
"Tidak terfokus pada diri sendiri juga artinya jika keluar beraktivitas sadari motivasinya, misalnya penting saya bekerja untuk keluarga saya, saya perlu keluar karena ada orang yang bergantung kepada saya dan lain sebagainya," tambahnya.
Baca juga: Kemenkes Akan Beri Penyembuhan Trauma bagi Korban Bom Surabaya
Tri juga menjelaskan, penelitian menunjukkan motivasi yang tidak internal semata, seperti dorongan altruis atau demi kebaikan orang banyak akan meningkatkan keberanian, ketenangan dan mengurangi ketakutan atau kecemasan.
Media