Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 11/05/2018, 19:51 WIB
Resa Eka Ayu Sartika,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

"Oleh karena itu, ada ahli gunung api. Kenapa? Karena kalau hanya dari pengalaman kita hanya perlu pengamat saja," katanya.

"Ahli vulkanologi diperlukan untuk mengantisipasi perubahan-perubahan," sambungnya.

Menurutnya, ahli mempunyai dasar pengetahuan yang kuat untuk bisa mengantisipasi perubahan-perubahan tersebut.

Baca juga: Tanpa Pertanda, Lazimkah Letusan Freatik Gunung Merapi?

"Alam itu jujur, misalnya Merapi meletus freatik ya freatik benar. Tidak pura-pura freatik, magmatik, atau freomagmatik," katanya.

"Nah, kita berani jujur atau tidak bahwa ada tanda-tanda seperti ini. Kejujuran inilah yang bisa mendidik masyarakat," sambungnya.

Freatik atau Magmatik?

Ketika ditanya apa jenis letusan Merapi hari ini, Surono menyebut masalahnya kini bukan pada jenis letusan.

Menurutnya, jenis letusan telah selesai pada para ahli yang mengkaji letusan Merapi hari ini.

"Sekarang yang menjadi penting bukan lagi freatik atau magmatik, yang penting adalah bagaimana masyarakat," katanya.

"Sebetulnya ada peringatan dini seperti normal, waspada, siaga, dan awas," imbuhnya.

Peringatan dini ini menurut Surono bukan untuk meramalkan kapan dan seberapa besar letusan gunung api. Melainkan, peringatan dini tersebut adalah tingkat aktivitas gunung api yang merupakan hak masyarakat untuk mengetahuinya dan harus bagaimana mengantisipasi peringatan tersebut.

Surono menganalogikan peringatan dini ini sebagai sinyal kereta.

"Kereta mau lewat aja sinyal pasti dibuka. Sinyal dibuka pasti ada kereta mau lewat, hati-hatilah," ujarnya.

"Kalau sinyalnya tidak dibuka dan keretanya tidak lewat, ya kita tidak bisa mengharapkan kereta itu lewat dan orang-orang akan minggir," imbuhnya.

"Tetapi jika sinyal keretanya tidak dibuka, ujug-ujug kereta nyelonong, saya tidak tahu apakah keretanya yang salah atau masinisnya yang salah, atau yang bikin aturan yang salah."

Inilah yang menurutnya perlu dipahami, sesiap apapun masyarakat menghadapi bahaya, tetapi mereka tetap berhak diberitahu tentang ancaman dan langkah antisipasi.

Surono menegaskan subyek dari mitigasi sebenarnya adalah bagaimana masyarakat secara dini mendapat informasi ancaman bahaya dan cara mengantisipasi.

Status Merapi Normal?

"Kalau gunungnya normal tapi tiba-tiba meletus, orang kan jadi takut. Ini normal beneran atau normal-normalan," kata Surono.

Menurutnya, ini masalah kepercayaan. Surono juga mengisahkan pernah mengalami kejadian semacam ini pada gunung Merapi dulu.

"Beberapa kali, statusnya ini tapi tiba-tiba meletus. Membangun kepercayaan masyarakat jauh lebih sulit daripada gunung apinya itu sendiri," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Fakta-fakta Menarik Kentut, Soda Bikin Lebih Sering Kentut (Bagian 2)

Fakta-fakta Menarik Kentut, Soda Bikin Lebih Sering Kentut (Bagian 2)

Oh Begitu
Seberapa Akurat Ingatan Masa Kecil Kita?

Seberapa Akurat Ingatan Masa Kecil Kita?

Kita
Seperti Apa Gejala Virus Nipah yang Parah?

Seperti Apa Gejala Virus Nipah yang Parah?

Oh Begitu
Seperti Apa Hiu Tertua yang Berusia Ratusan Tahun?

Seperti Apa Hiu Tertua yang Berusia Ratusan Tahun?

Oh Begitu
Apakah Ikan Air Asin Bisa Hidup di Air Tawar?

Apakah Ikan Air Asin Bisa Hidup di Air Tawar?

Oh Begitu
8 Cara Menjaga Kesehatan Saat Cuaca Panas Ekstrem

8 Cara Menjaga Kesehatan Saat Cuaca Panas Ekstrem

Oh Begitu
Apa Penyebab Cuaca Panas Ekstrem di Indonesia?

Apa Penyebab Cuaca Panas Ekstrem di Indonesia?

Oh Begitu
Mengapa Tidak Ada Narwhal di Penangkaran?

Mengapa Tidak Ada Narwhal di Penangkaran?

Oh Begitu
Bagaimana Wortel Bisa Berwarna Oranye?

Bagaimana Wortel Bisa Berwarna Oranye?

Oh Begitu
Apakah Aman Makan Sushi?

Apakah Aman Makan Sushi?

Kita
Fakta Menarik Kentut, Hasilkan 500 Mililiter Gas Per Hari (Bagian 1)

Fakta Menarik Kentut, Hasilkan 500 Mililiter Gas Per Hari (Bagian 1)

Kita
Apa yang Harus Dilakukan untuk Mengelola Sampah?

Apa yang Harus Dilakukan untuk Mengelola Sampah?

Kita
Sains Jelaskan Manfaat Jus Bawang Bombai untuk Rambut Rontok

Sains Jelaskan Manfaat Jus Bawang Bombai untuk Rambut Rontok

Oh Begitu
Apa Manfaat Air Cucian Beras untuk Kesehatan?

Apa Manfaat Air Cucian Beras untuk Kesehatan?

Oh Begitu
Penyebab Cegukan dan Cara Mengatasinya

Penyebab Cegukan dan Cara Mengatasinya

Oh Begitu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com