KOMPAS.com - Tulisan ilmiah Stephen Hawking sebelum berpulang, A smooth exit from eternal inflation?, akhirnya diterbitkan dalam jurnal High Energy Physics, Jumat (27/4/2018).
Diberitakan Kompas.com sebelumnya, makalah ini berisi pemikiran Hawking tentang jumlah alam semesta yang tak hanya satu atau multiverse.
Makalah tersebut ditulis Hawking dan rekannya Thomas Hertog dari Universitas Leuven, Belgia. Sebelum diterbitkan, Hertog mengumumkan teori baru ini dalam sebuah konferensi perayaan ulang tahun Hawking ke-75, tahun lalu.
Baca juga : Sebelum Meninggal, Stephen Hawking Selesaikan Makalah Multiverse
Apa isi pemikiran Hawking?
Makalah Hawking bekaitan dengan sesuatu yang disebut inflasi abadi.
Mari kita menilik teori yang dipercaya para ilmuwan, yakni alam semesta kita terbentuk dengan Big Bang, diikuti oleh ekspansi cepat tak terbayangkan yang dikenal sebagai inflasi.
Banyak fisikawan percaya, inflasi akan berlanjut selamanya di daerah tertentu. Di dalam alam semesta kita, inflasi telah lama berakhir yang membentuk bintang dan planet.
Dilansir Newsweek, Rabu (2/5/2018), inflasi abadilah yang melahirkan multiverse, kumpulan alam semesta yang menandakan alam semesta tak hanya ada satu.
Alam semesta kita ibarat gelembung kecil di antara banyak gelembung yang dipisahkan gelembung besar. Beberapa alam semesta mempunyai kemiripan dengan alam semesta yang kita huni dan ada pula yang sangat berbeda.
Fakta multiverse membuat teori ini tidak menyenangkan secara ilmiah, karena sulit diuji.
Sebab itu, Hawking dan Hertog mencoba menjelaskan bahwa multiverse muncul secara acak. Mereka menggunakan teori string yang menukar konsep partikel seperti titik kecil yang bergetar satu dimensi.
Dalam wawancaranya dengan BBC, Hertog berkata teori string matematika itu mengungkap beberapa alam semesta secara fisik mirip seperti alam semesta kita.
Hertog berkata makalahnya ingin menjelaskan konsep multiverse yang rumit menjadi konsep yang dapat diuji dan untuk mendeteksi alam semesta lain.
Ia berencana menyelidiki gelombang gravitasi untuk menguji model pada skala yang lebih kecil. Namun, Hertog berkata teori ini bukan berarti kita dapat menjelajah alam semesta lain.
Karya Hawking dan Hertog telah dibahas panjang lebar sebelum akhirnya dipublikasikan. Kini fisikawan seluruh dunia pasti akan melakukan penyelidikan mendalam terkait alam semesta kita.
Baca juga : Tanda Tangan Terakhir Stephen Hawking Sebelum Lumpuh Dilelang
Kata ilmuwan lain
Seberapa khas alam semesta yang kita tempati dan bagaimana para ilmuwan melakukan pengamatan adalah pertanyaan mendasar dan tantangan besar untuk memahami alam semesta, menurut profesor fisika David Kaiser dari Massachusetts Institute of Technology dilansir Time, Rabu (2/5/2018).
"Banyak ahli ingin menjawab pertanyaan itu, dan Hawking melakukan pendekatan dari sudut pandang yang dibentuk oleh studi panjangnya tentang persimpangan teori kuantum dan gravitasi," imbuhnya.
Menurut Kaiser, makalah Hawking menunjukkan lebih sedikit kemungkinan yang menjelaskan jenis alam semesta dari perkiraan sebelumnya. "Jadi sifat alam semesta yang dapat diamati bukanlah sesuatu yang langka namun khas," katanya.
"Tentu saja ini semua hanya spekulasi," imbuhnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.