“Tidak perlu panik. Bicara tsunami, pernah terjadi di tahun 2004. Di pantai selatan juga pernah, di daerah Jawa Barat juga, beberapa tempat, di Banyuwangi pernah, Yogyakarta juga. Jadi kalau kita bicara tsunami harusnya sesuatu yang wajar saja," tuturnya.
Kesiapsiagaanlah yang diperlukan.
Jika yang diterima adalah informasi prediksi tsunami, maka itu perlu disangsikan sebab gempa dan tsunami tidak bisa diprediksi.
Guru Besar Teknik Pantai Universitas Gadjah Mada, Radianta Triatmadja sepakat bahwa potensi tsunami yang disampaikan oleh Widjo benar adanya, tentu akan ada keterbatasan dalam pemodelan.
Menurutnya, pengetahuan soal tsunami terbilang samar. Pasalnya tsunami tidak bisa diprediksi.
Samarnya kejelasan tsunami lantaran tsunami didahului oleh gempa. Sementara gempa tidak bisa diprediksi kapan, di mana, dan berkekuatan berapa akan berlangsungnya. Ini berpengaruh pada tsunami yang juga tidak bisa diprediksi. Hingga saat ini, sebut Radianta, belum ada teknologi yang memperkirakan itu semua secara detil.
“Tsunami itu tidak bisa diprediksi kapan, besar, dan letaknya di mana. Adanya potensi berdasarkan pengalaman dan teori patahan,” imbuhnya.
Radianta menambahkan, potensi tersebut justru harus disikapi secara lebih bijak supaya masyarakat tidak kaget dengan dampak bencana tersebut. Efek bencana bisa dikurangi kerugian dan risikonya.
Baca juga : Menyoal Potensi Tsunami 57 Meter, Bisakah Kajian Ilmiah Dipidanakan?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.