Selain pintu air, kendala bertanam padi yang dikerjakan Ruslan adalah hama penggerek batang dan kedatangan kera. "Ketika dua bulan tanam kan sudah menguning. Itu sedang subur-suburnya. Kera sahabat kami itu, menyerang," ujarnya sembari berkelakar.
Ruslan mengaku senang lantaran sudah ikut menjaga lingkungan setelah tidak lagi membakar untuk membuka lahan. Menurutnya, telah banyak berjatuhan korban akibat lahan yang dibakar seperti penyakit pernapasan yang diidap para bayi berumur satu tahun lalu kecelakaan transportasi akibat asap yang membumbung dan menghalangi pandangan.
Baca juga : Kisah Mangrove Jakarta dan Burungnya yang Nyaris Tinggal Cerita
"Saat ini tanpa bakar memang bikin udara lebih segar. Tinggal petani mau atau tidak meninggalkan kebiasaan membakar," tandasnya.
Dukungan
Program pembukaan lahan tanpa bakar ini di bawah asuhan Yayasan Orang Utan Indonesia yang dibiayai oleh Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF). Proyek ini telah berlangsung dari 2016 hingga Maret 2018.
Direktur Eksekutif Yayorin, Eddy Santoso berkata bahwa proyek ini membina warga yang tinggal di sekitar area penyangga Suaka Marga Satwa Sungai Lamandau. Supaya Suaka Margasatwa Sungai Lamandau terjaga dari ancaman kerusakan akibat manusia yang terdesak kebutuhan ekonomi.
“Masyarakat diberi pemahaman kalau pembukaan lahan tanpa bakar bisa mencegah kebakaran di lahan gambut. Emisi karbon bisa ditekan,” ujarnya.
Direktur Lingkungan Hidup Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Medrilzam menyambut baik keberhasilan penerapan pembukaan lahan tanpa bakar di Desa Tanjung Putri. Menurutnya, ini membuktikan bahwa lahan yang rusak akibat kebakaran hutan pada tahun 2015 lalu bisa berfungsi jika dikelola secara benar.
Pihaknya terus mencari pola pembukaan lahan tanpa bakar agar bisa diterapkan pada berbagai tipe tanah atau lahan. “Kami terus mendorong supaya ini pembukaan lahan tanpa bakar ini dikembangkan ke wilayah lain. Ada kemungkinan untuk jadi kebijakan ke depannya,” ujar Medrilzam yang juga selaku Sekretaris Majelis Wali Amanat ICCTF.
Baca juga : Kaya Karbon, Mangrove Papua Barat Bisa Jawab Masalah Besar Dunia
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.