Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi: Teh atau Pil Lebih Dipilih untuk Perangi Tekanan Darah Tinggi

Kompas.com - 09/04/2018, 12:36 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis


KOMPAS.com - Tekanan darah tinggi disebut sebagai faktor utama munculnya penyakit jantung atau penyakit kardiovaskular, yakni salah satu penyakit yang diam-diam mematikan, atau silent killer karena tidak menimbulkan gejala.

Jamak penelitian menyarankan berolahraga secara teratur untuk menghindari risiko mematikan.

Selain olahraga, The American Hearth Association menambahkan perubahan gaya hidup juga dapat membantu menekan risiko. Mulai dari mengonsumsi makanan sehat, membatasi alkohol, mengelola stres, menjaga berat badan tetap sehat, dan berhenti merokok.

Terkait hal tersebut, Erica Spatz yang merupakan asisten profesor kedokteran kardiovaskular di Universitas Yale, New Haven, Connecticut, berminat mengetahui bagaimana orang bersikap untuk menangani risiko tekanan darah tinggi dengan memperhitungkan kenyamanan yang dirasakan.

Baca juga : Pentingnya Rutin Tes Tekanan Darah di Rumah

Hasilnya dipresentasikan dalam pertemuan American Heart Association 2018 di Arlington, Virginia, sebuah pertukaran global premier dari kemajuan terbaru dalam kualitas perawatan dan hasil penelitian dalam penyakit kardiovaskular dan stroke bagi para peneliti, profesional kesehatan, dan pembuat kebijakan.

Dalam kesempatan tersebut, Spatz berkata orang cenderung memilih secangkir teh setiap hari atau pil daripada olahraga sebagai pengobatan alternatif untuk mengontrol tekanan darah tinggi.

Kesimpulan itu didapat setelah melakukan survei pada sekitar 1.500 warga AS yang sebagian besar perempuan, berusia di bawah 45 tahun, dan rata-rata memiliki riwayat tekanan darah tinggi.

Semua peserta diminta membayangkan memiliki tekanan darah tinggi kronis dan memilih satu dari empat opsi pengobatan yang dapat membantu menekan risiko dan menambah umur mulai dari satu bulan, satu tahun, atau lima tahun.

Empat pilihan pengobatan yang tersedia itu ialah teratur meminum teh, berolahraga, mengonsumsi obat, atau diberi suntikan setiap bulan atau setahun dua kali.

Dilansir Science Daily, Minggu (8/4/2018), hasil survei menunjukkan sebagian besar responden lebih memilih mengonsumsi tablet atau minum teh setiap hari dan tidak mau mempertimbangkan intervensi (upaya untuk meningkatkan kesehatan) dari alternatif lain, meski bisa memperpanjang umur antara satu sampai lima tahun. Peserta cenderung mengatakan mereka akan berpindah ke pilihan lain jika manfaatnya lebih besar.

Dari masing-masing pilihan alternatif pengobatan, hasilnya bervariasi.

1. Alternatif mengonsumsi pil atau tablet setiap hari
Sebanyak 79 persen responden bersedia mengonsumsi pil untuk menambah satu bulan umur mereka, 90 persen responden memilihnya untuk menambah satu tahun umur, dan 96 persen memilih pil untuk menambah lima tahun usia.

2. Alternatif minum secangkir teh sehat setiap hari
Sebanyak 78 persen respon memilih teh untuk menambah satu bulan usia, 91 persen untuk satu tahun kehidupan, dan 96 persen untuk lima tahun tambahan kehidupan.

3. Alternatif rutin berolahraga
Hanya 63 persen orang yang mau rutin berolahraga untuk menambah usia satu bulan, 84 persen untuk menambah satu tahun kehidupan, dan 93 persen yang mau olahraga setiap hari demi mendapat tambahan lima tahun usia.

4. Alternatif suntikan
Alternatif suntikan setiap enam bulan sekali rupanya adalah opsi yang paling tidak disukai responden. Ada 68 persen responden yang mau disuntik untuk mendapat tambahan satu bulan, 85 persen mau melakukannya untuk satu tahun tambahan kehidupan, dan 93 persen bersedia jika mereka mendapat lima tahun kehidipan.

Namun, hanya setengahnya (51 persen) yang bersedia disuntik setiap bulan untuk satu bulan kehidupan, 74 persen untuk satu tahun tambahan, dan 88 persen jika mereka mendapat lima tahun ekstra kehidupan.

Baca juga : Benarkah Konsumsi Obat Tekanan Darah Tingkatkan Risiko Kanker Kulit?

"Temuan kami menunjukkan orang secara alami menetapkan bobot yang berbeda dengan plus minus intervensi untuk meningkatkan kesehatan kardiovaskular," kata Spatz.

"Saya percaya, kerangka ini dapat dilibatkan ketika kita membicarakan pilihan perawatan untuk mengontrol tekanan darah dengan pasien. Kita memang sering membahas efek samping, tapi sangat jarang untuk mencari tahu apakah pasien nyaman dan tak terbebani. Perasaan ini pada dasarnya dapat memengaruhi kesediaan pasien untuk minum obat seumur hidup atau berolahraga secara  teratur," imbuhnya.

Keterbatasan studi ini adalah menggandeng responden yang berusia relatif muda, padahal penyakit kardiovaskular lebih sering terjadi pada orang yang lebih tua. Sangat mungkin terjadi perbedaan pendapat dengan orang yang lebih tua. Selain itu, responden tidak diberi tahu tentang kemampuan memperpanjang kehidupan yang sebenarnya dari setiap intervensi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau