KOMPAS.com - Hipertensi itu berbahaya. Tekanan darah tinggi dapat merusak lapisan dalam arteri, membatasi kemampuan jantung untuk memompa darah dan dapat menyebabkan gagal jantung.
Selain itu, kondisi ini juga mampu meningkatkan risiko stroke dan demensia vaskular. Ditambah lagi, hipertensi menjadi penyebab paling umum gagal ginjal. Hal ini dapat mengganggu penglihatan dan merusak pembuluh darah.
Sayang, penyakit ini tidak memiliki gejala. Dari 29 persen orang Amerika Serikat yang memiliki hipertensi, kurang dari separuhnya masih dapat mengendalikan.
"Kami memantau tren dan menginformasikan informasi statistik," kata seorang peneliti, Cheryl D. Fryar, seorang ahli statistik dengan N.C.H.S (The National Center for Health Statistics) seperti dikutip dari New York Times, Jumat (20/10/2017).
"Pembuat kebijakan dan petugas kesehatan dapat mengambil keputusan. Ini adalah panduan untuk langkah selanjutnya," sambung penulis jurnal berjudul The rate of controlled hypertension (Tingkat hipertensi terkontrol) itu.
BACA: Kenali Gejala-gejala Hipertensi Paru pada Anak
Pria dan perempuan berusia lebih dari 18 tahun, cenderung memiliki tingkat hipertensi yang sama. Pria memiliki tingkat yang agak lebih tinggi di usia yang lebih muda.
Tapi setelah usia 60 tahun, angka prevalensi pada perempuan 66,8 persen sementara pada pria adalah 58,5 persen.
Dalam populasi orang dewasa yang menderita penyakit ini, prevalansi hipertensi terkontrol adalah 48,3 persen, dan terus meningkat angkanya seiring pertambahan usia.
Meski angka prevalensi perempuan jauh di atas pria saat usia senja, namun perempuan lebih mampu mengendalikan tekanan darah mereka.
Dari penelitian yang dilakukan pada manusia berusia 18 sampai 39 tahun, Fryar menemukan perempuan memiliki tingkat hipertensi terkontrol sampai 62,6 persen. Dibandingan dengan pria yang mencapai angka prevalensi 15,5 persen.
Pada usia 60 tahun ke atas, hal ini tidak dapat dibandingan dengan jenis kelamin.
BACA: Flu? Jangan Sembarang Beli Obat, Risiko Hipertensi Bisa Meningkat
Menurut Dr. Peter Muennig, seorang profesor kebijakan dan manajemen kesehatan dari Universitas Kolombia yang tidak terlibat dalam penelitian Fryar, mengungkapkan bahwa saat pria masih muda, mereka memiliki kecenderungan untuk mengambil lebih banyak risiko dibanding perempuan.
Meski pria didiagnosa memiliki hipertensi dengan tingkat yang sama seperti perempuan, pria cenderung tidak meminum obat yang dianjurkan.
"Sulit bagi pasien untuk meminum obat setiap hari. Jika mereka melakukannya, sulit untuk mengontrol tekanan darah - dengan berbagai variasi dosis obat -. Beberapa obat seringkali diperlukan, tetapi memiliki efek samping yang tidak menyenangkan," kata Dr. Muennig.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.