Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Heboh Ikan Makarel Kaleng Bercacing, Ini Bedanya dengan Sarden

Kompas.com - 30/03/2018, 16:36 WIB
Shela Kusumaningtyas,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com — Belakangan ini, publik dikejutkan dengan temuan cacing mati di produk ikan makarel dalam kemasan. Hal ini diawali dari sebuah video penemuan cacing dalam produk ikan kaleng tersebut di Kepulauan Riau.

Video tersebut dengan cepat menjadi viral dan meresahkan masyarakat. Melihat keresahan masyarakat ini, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (Badan POM RI) turun tangan.

Badan POM RI menguji 541 sampel ikan makarel dalam kemasan yang terdiri dari 66 merek yang diperjualbelikan di Indonesia. Langkah tersebut menghasilkan temuan adanya 27 merek yang dipasarkan di Indonesia positif bercacing.

Temuan tersebut mau tak mau membuat masyarakat meningkatkan kewaspadaan, termasuk lebih selektif memilih olahan ikan kalengan.

Baca juga: BPOM: 27 Merek Ikan Makarel Kalengan Positif Terinfeksi Parasit Cacing

Sebenarnya, di pasaran terdapat dua jenis ikan yang dijual dalam bentuk kalengan, yakni sarden dan makarel.

Kendati sudah tidak asing, masih saja ada yang keliru membedakan dua ikan tersebut. Bahkan, ada saja yang mengira keduanya adalah ikan yang sama.

Lantas sebenarnya, seperti apa perbedaan dua ikan tersebut?

Melalui penelusuran berbagai sumber, berikut perbedaan ikan makarel dan sarden yang dirangkum Kompas.com, Kamis (29/3/2018).

atlantic mackerel atlantic mackerel

Ikan Makarel

Ikan makarel masuk dalam keluarga Scombridae. Ikan ini masih berkerabat dengan ikan tuna, ikan kembung, dan ikan tengiri. Umumnya, makarel ditemukan di perairan Atlantik.

Makarel sendiri termasuk ikan besar. Biasanya, ikan ini memiliki berat sekitar 500 gram dengan panjang antara 35 cm hingga 45 cm. Pengolahan ikan makarel sebagai makanan lumrah dijumpai di Jepang, Eropa, dan negara berkembang.

Ciri lain dari ikan ini adalah berminyak dan berwarna gelap, punya sisik yang sangat kecil hingga hampir tidak tampak. Di punggung atas tertanam dua sirip yang tidak saling bertaut. Sementara di antara dua sirip tersebut hingga ekor terdapat 4 hingga 6 sirip lainnya.

Baca juga: Laporan Terbaru PBB: Asia Kehabisan Ikan pada 2048

Ikan Sarden

Sarden Pasifik Sarden Pasifik

Ikan sarden tergolong keluarga Clupeidae, kerabat ikan haring. Sarden hidup di laut Mediterania, bahkan julukan ikan ini diambil dari nama dari pulau terbesar kedua di wilayah itu, Sardinia.

Pembudidayaan ikan sarden berkembang di negara Inggris, Norwegia, Denmark, Swedia, Finlandia, Perancis, Portugal, Spanyol, Afrika Selatan, dan Islandia. 

Ikan sarden lebih berwarna dibandingkan ikan makarel. Perutnya dibalut warna keperakan, sedangkan punggung ikan ini dilapisi warna hijau atau biru, terkadang dengan hiasan noda hitam.

Ikan sarden diklasifikasikan sebagai ikan bertulang sejati. Tidak punya sisik di kepala, serta punya satu sirip pendek di dekat bagian punggung tengah. Makanannya adalah plankton sehingga minim kontaminasi merkuri. 

Persamaannya

Ikan sarden dan ikan makarel mendiami perairan terbuka yang terhampar antara pantai dan tepian landas kontinen. Pada kedalaman 20-400 meter, jenis ikan pelagis seperti keduanya hidup.

Ikan pelagis seperti sarden dan makarel identik dengan aktivitas migrasi. Makarel akan menempuh perjalanan dari barat Irlandia menuju wilayah Viking Bank di Laut Utara. Lalu tinggal di sana selama musim dingin.

Di Irlandia, makarel menetap selama Maret hingga Juli untuk melakukan pemijahan.

Sementara ikan sarden akan berpindah ke barat Skotlandia atau Laut Utara. Sekaligus untuk menaruh telur-telur di sana setiap setahun sekali.

Baca juga: Sisik Ikan Bisa Jadi Obat Luka Halal untuk Semua Pemeluk Agama

Baik sarden maupun ikan makarel sama-sama diperkaya dengan lemak dan omega 3 yang baik untuk kesehatan. Kandungan gizi ini dipercaya bagus bagi perkembangan fungsi otak.

Selain itu, konsumsi dua ikan ini juga bisa mencegah inflamasi, serangan jantung, stroke, kanker, dan artritis rematik. Penyakit lain yang bisa ditangkal dengan makan kedua ikan ini yakni kolesterol tinggi, diabetes, kanker payudara, kehilangan memori, depresi, resistensi insulin, penyakit arteri koroner, attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), dan gejala pramenstruasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com