Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/03/2018, 17:35 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

Sumber Newsweek

KOMPAS.com - Perubahan iklim dan pemanasan global telah lama diketahui mempengaruhi alam di berbagai belahan dunia. Bahkan, baru-baru ini Persatuan Banga-bangsa (PBB) merilis laporan terbaru tentang "kehancuran dunia" ini.

Ada empat laporan penting PBB yang dipresentasikan pada pertemuan para ilmuwan di Medellin, Colombia, Jumat (23/03/2018) lalu. Salah satunya menyebutkan kehancuran dan kemunduran keanekaragaman hayati di dunia.

Hal itu diseut-sebut sudah sangat parah sehingga membahayakan ekonomi, mata pencaharian, ketahanan pangan, akses air minum, serta kualitas hidup masyarakat dunia.

Laporan-laporan tersebut merupakan hasil pengamatan selama 3 tahun yang melibatkan 550 ahli dari leih 100 negara. Para peneliti menilai keanekaragaman hayati dan ekosistem di empat wilayah, yaitu Amerika, Asia-Pasifik, Afrika, dan Eropa-Asia Tengah.

Baca juga : Biomassa Jadi Kunci Jaga Keanekaragaman Hayati Ikan Karang

Menurut laporan tersebut, pada tahun-tahun mendatang, perubahan iklim hanya akan memberi tekanan lebih besar terhadap keanekaragaman hayati di dunia.

Laporan ini telah diamini oleh Platform Ilmu Pengetahuan Antarpemerintah tentang Layanan Keanekaragaman Hayati dan Ekosistem (IPBES).

Para peneliti menemukan bahwa di Amerika telah terjadi penurunan 50 persen air tawar terbarukan per orang sejak 1960-an. Di Eropa, 42 spesies hewan serta tumbuhan darat cenderung menurun dalam ukuran populas pada dekade terakhir.

Jika hal ini terus berlanjut, para ilmuwan memprediksi Amerika akan kehilangan 15 persen dari tenaman dan hewan pada 2050. Di lain pihak, wilayah Asia-Pasifik akan kehabisan stok ikan karena penangkapan ikan komersil pada 2048.

Tak hanya itu, Afrika bahkan diperkirakan kehilangan separuh spesies mamalia dan burung pada 2100 mendatang.

"Keanekaragaman hayati dan alam sangat berguna bagi manusia, banyak manusia, baik dalam akademis dan kehidupan sehari-hari kita," ungkap Robert Watson, ketia IPBES dikutip dari Newsweek, Jumat (23/03/2018).

"Tidak ada yang jauh lebih benar, mereka adalah pondasi dari makanan kita, air bersih, dan energi," imbuh Watson.

Baca juga: Keanekaragaman Hayati Laut Lindungi Ikan dari Perubahan Iklim

Watson menambahkan, keanekaragaman hayati merupakan jantung dari kehidupan, budaya, identitas, sekaligus kenikmatan hidup manusia.

"Kita harus bertindak untuk mengentikan (kepunahan) dan mengembalikan fungsi alam yang berkelanjutan, atau ini berisiko tidak hanya untuk masa depan, tapi kehidupan yang kita jalani saat ini," tutup Watson.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber Newsweek
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Mengatasi Polusi Udara Dengan Teknologi Plasma

Mengatasi Polusi Udara Dengan Teknologi Plasma

Fenomena
Bagaimana Seharusnya Sampah Dipilah?

Bagaimana Seharusnya Sampah Dipilah?

Kita
Bagaimana Terumbu Karang Terbentuk?

Bagaimana Terumbu Karang Terbentuk?

Oh Begitu
Apa Itu BPA dan Dampaknya bagi Kesehatan?

Apa Itu BPA dan Dampaknya bagi Kesehatan?

Oh Begitu
Apakah Ikan Air Tawar Terbesar di Dunia?

Apakah Ikan Air Tawar Terbesar di Dunia?

Fenomena
Apa Saja Dampak Siklon Tropis terhadap Wilayah Indonesia?

Apa Saja Dampak Siklon Tropis terhadap Wilayah Indonesia?

Fenomena
Fakta-fakta Menarik Kentut, Soda Bikin Lebih Sering Kentut (Bagian 2)

Fakta-fakta Menarik Kentut, Soda Bikin Lebih Sering Kentut (Bagian 2)

Oh Begitu
Seberapa Akurat Ingatan Masa Kecil Kita?

Seberapa Akurat Ingatan Masa Kecil Kita?

Kita
Seperti Apa Gejala Virus Nipah yang Parah?

Seperti Apa Gejala Virus Nipah yang Parah?

Oh Begitu
Seperti Apa Hiu Tertua yang Berusia Ratusan Tahun?

Seperti Apa Hiu Tertua yang Berusia Ratusan Tahun?

Oh Begitu
Apakah Ikan Air Asin Bisa Hidup di Air Tawar?

Apakah Ikan Air Asin Bisa Hidup di Air Tawar?

Oh Begitu
8 Cara Menjaga Kesehatan Saat Cuaca Panas Ekstrem

8 Cara Menjaga Kesehatan Saat Cuaca Panas Ekstrem

Oh Begitu
Apa Penyebab Cuaca Panas Ekstrem di Indonesia?

Apa Penyebab Cuaca Panas Ekstrem di Indonesia?

Oh Begitu
Mengapa Tidak Ada Narwhal di Penangkaran?

Mengapa Tidak Ada Narwhal di Penangkaran?

Oh Begitu
Bagaimana Wortel Bisa Berwarna Oranye?

Bagaimana Wortel Bisa Berwarna Oranye?

Oh Begitu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com