Ibunya pun kini selalu memantau perkembangan Vindy dan rutin menanyakan apakah Vindy telah meminum obat.
Hapus Stigma
Kendati perhatian dari keluarga dan teman telah ia peroleh, Vindy masih harus menjumpai stigma buruk dari masyarakat.
Setiap kali ia kontrol ke rumah sakit, kata Vindy, ada saja pengunjung yang memincingkan mata karena dia memasuki poli kejiwaan.
Vindy dan kawan komunitas bipolarnya pun pernah mendengar celetukan miring saat sedang berkampanye pada hari tanpa kendaraan.
“Komunitas sebelah bilang ke pengunjung, jaga kesehatan. Supaya tidak gila kayak komunitas itu, sambil menunjuk ke arah komunitasku,” ujar Vindy.
Vindy tidak menanggapi secara serius stigma yang ditujukan kepadanya. Namun ia berharap supaya masyarakat mau mengerti dan merangkul penderita bipolar secara manusiawi.
Peran masyarakat, kata Vindy dibutuhkan agar rekannya sesama pengidap bipolar tidak menyembunyikan kondisinya.
Selama ini, para penderita bipolar enggan berkonsultasi ke psikiater karena tidak sanggup menerima cemohan dari masyarakat. Selain itu, tidak semua penderita bipolar memiliki keluarga yang mendorong untuk berobat.
30 Maret 2018 adalah peringatan Hari Bipolar Sedunia. Saatnya lebih melek tentang bipolar dan menghapus stigma.
Baca juga : Temuan Baru Ungkap Tanda-tanda Awal dari Ganguan Bipolar
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.