"Tikus-tikus itu mencari sumber cairan, kelembapan, jadi sebenarnya mereka minum darah," kata Keitt.
Keitt menambahkan, mungkin serangan ini menyebar karena tikus belajar satu sama lain dan menemukan cara baru untuk bertahan hidup. Apalagi, tikus merupakan omnivora, artinya mereka memakan apa saja makanan yang bisa mereka temukan.
Kok Bisa?
Meski sudah diketahui penyebab luka tersebut, kini justru ada pertanyaan baru yang muncul. Bagaimana bisa burung elang yang memiliki tubuh berkali lipat lebih besar dari tikus bisa menjadi mangsa?
Menurut Keitt, hal ini terjadi karena saat bersarang, albatros memiliki naluri biologis untuk melindungi anaknya. Hal ini menyebabkan mereka rentan terhadap serangan.
"Risiko yang mereka tahu adalah telur atau anak yang mereka erami," kata Keitt.
"Mereka ingin tetap di sana dan melindunginya. Itu tanggapan evolusi dan ekologis mereka. Mereka tidak bisa melarikan diri," imbuhnya.
Selain itu, menurut Keitt, sepertinya tikus juga mengeksploitasi kelemahan pertahanan albatros. Mereka menyerangnya dari belakang, jadi paruh burung itu tidak bisa menjangkau tikus-tikus tersebut.
Berbeda halnya jika tikus tersebut ada di depan elang laut itu. Mereka tak akan punya kesempatan untuk menyerangnya.
"Tapi tikus belajar berlari cepat ke arah belakang dan menyerang dari sana, burung itu tidak bisa berbuat apa-apa," ujarnya.
Baca juga: Dikira Punah 100 Tahun Lalu, Tikus Berkantung Ternyata Masih Hidup
Ancaman Jangka Panjang
Serangan tikus ini ternyata tidak hanya terjadi di Midway Atoll saja. Beberapa lokasi juga menunjukkan beberapa albatros dengan luka yang sama.
USFWS menyebut serangan itu menimbulkan ancaman jangka panjang yang serius pada populasi alabtros.
Terlebih, burung ini punya siklus reproduksi yang tergolong lambat. Pejantan dan betina hanya memiliki satu telur setiap satu atau dua tahun.
Ditambah, kedua orang tuanya menghabiskan banyak waktu untuk membesarkan anakan albatros.
"(Tikus, di sisi lain) bisa bereproduksi dan memiliki beberapa ratus anak dan cucu dalam periode satu tahun," kata Keitt.
Untuk itu, USFWS mengumumkan rencananya membasti tikus-tikus pemangsa itu.
"Harapan kami adalah tahun-tahun mendatang bahkan dengan kontrol, bisa memberi pengaruh pada pertumbuhan populasi albatros," ujar Keitt.
"Kami benar-benar tidak bisa mempertahankan kontrol pada skala di pulau yang aman atau efektif seiring dengan meningkatnya ancaman, karena ada lebih banyak tikus mulai melakukan ini (meminum darah albatros)," tutupnya.
Baca juga: Tikus Menang Lawan Ular, Kenapa Perang Hewan Kadang Tak Masuk Akal?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.