Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dikira Punah 100 Tahun Lalu, "Tikus Berkantung" Ternyata Masih Hidup

Kompas.com - 20/12/2017, 12:03 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com - Sejak 100 tahun lalu, salah satu spesies marsupial di negara bagian New South Wales (NSW), Australia telah dianggap punah. Namun, temuan para peneliti baru-baru ini menunjukkan hal sebaliknya.

Mulgara ekor puncak ditemukan masih hidup di padang pasir Australia Tengah, dan kini tinggal di Taman Nasional Sturt, tepat di sudut barat laut NSW.

Dengan adanya penemuan ini, maka status mulgara ekor puncak di Australia harus segera direvisi dari rentan di Nothern Territory dan Queensland, terancam punah di Australia Selatan, dan telah punah di NSW.

Sebelumnya, jenis hewan ini hanya ditemukan melalui fragmen tulang fosil, sehingga para peneliti pun mengira bahwa hewan yang mirip tikus ini telah punah di wilayah itu selama lebih dari satu abad.

Namun, Rebecca West dari Universitas New South Wales yang bekerja untuk proyek Wild Desert menemukan hewan tersebut di Gurun Australia dalam perjalanannya untuk pemantauan ilmiah.

Baca juga: Spesies Ngengat Unik Ini Ditemukan Kembali Setelah 130 Tahun

Meski demikian, sulit untuk menentukan berapa banyak mulgara ekor puncak yang tersisa dan seberapa jauh mereka bermigrasi dari Australia Tengah.

Sebab, ada dua spesies mulgara di Australia, yaitu mulgara ekor puncak dan mulgara ekor sikat. Keduanya sering dianggap sebagai spesies yang sama dan baru dibuktikan perbedaannya pada 2005 melalui pengujian genetik.

Selain memiliki susunan genetik yang berbeda, mulgara ekor puncak juga memiliki warna berbeda di ujung ekornya, dan ekornya tak selebat mulgara ekor sikat. Lalu, mulgara ekor puncak juga memiliki delapan puting sedangkan mulgara ekor sikat hanya memiliki enam.

Namun, ukuran dan warna bulu kedua mulgara ini sama. Mereka juga memiliki habitat serupa, yaitu padang pasir, dan pola hidup yang mirip.

Sebagai makhluk nokturnal yang telah beradaptasi dengan iklim gurun yang panas, mulgara tinggal di jaringan liang yang luas di bawah bukit pasir. Mereka akan muncul di malam hari untuk berburu mangsa, seperti mamalia kecil, reptil, dan invertebrata gemuk seperti lipan dan laba-laba.

Baca juga: Kerabat Jauh Koala dan Kangguru Ditemukan, Rupanya Singa Berkantung

Mereka juga tidak perlu minum air dan menggunakan mangsanya untuk memenuhi kebutuhan cairan.

Akan tetapi, perubahan ekologi gurun Australia telah berubah secara signifikan, ditandai dengan munculnya predator baru, perubahan iklim dan habitat, dan sedikitnya mangsa. Faktor-faktor ini membuat populasi mulgara menurun drastis.

"Mulgara ekor puncak pernah didistribusikan secara luas ke lingkungan gurun pasir di pedalaman Australia, namun menurun karena efek kelinci, kucing, dan rubah," kata West, seperti dikutip dari Science Alert, Senin (18/12/2017).

Penemuan kembali mulgara ekor puncak di NSW menunjukkan kemungkin spesies yang telah punah di suatu daerah masih bisa berkembang. Inilah salah satu tujuan dari proyek Wild Desert.

Baca juga: 42 Tahun Menghilang, Salamander Jackson Ditemukan Kembali

"Tujuan proyek ini adalah untuk mengembalikan spesies mamalia yang tidak terlihat di habitat alami mereka selama lebih dari 90 tahun di Taman Nasional Sturt," ungkap Jaymie Norris, pengelola Taman Nasional dan Satwa Liar.

"Kelinci, kucing, dan rubah akan dibersihkan dari dua area berpagar berukuran 20 meter persegi di Taman Nasional Sturt, sebelum mamalia lokal yang punah diperkenalkan kembali," sambungnya.

Menghilangkan kelinci akan meningkatkan jumlah penutup tanah. Sedangkan menyingkirkan kucing liar dan rubah akan mengeluarkan predator tidak wajar yang menimbulkan malapetaka pada populasi hewan asli di seluruh Australia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com