Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terinfeksi Bakteri Pemakan Daging, Wanita Ini Sembuh Tanpa Cangkok

Kompas.com - 27/03/2018, 11:30 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis


KOMPAS.com - Apa jadinya jika bakteri memakan sebagian daging tubuh Anda?

Peristiwa ini dialami oleh Christin Lipinski, wanita asal AS berusia 37 tahun.

Pada Januari lalu, ia datang ke rumah sakit Maricopa Integrated Health System, di Phoenix, Arizona, dengan keluhan gejala flu dan rasa sakit luar biasa di bawah ketiak.

Hasil pemeriksaan menunjukkan Christin mengalami infeksi akibat bakteri Streptococcus yang memakan daging.

Baca juga : Tato Terus Menempel dan Tak Bisa Hilang? Ini yang Terjadi pada Kulit

"Saat kami membawanya ke ruang operasi, kami menyadari ternyata penyebaran infeksi lebih buruk dari dugaan. Bakteri telah menyebar dari ketiak ke lengan kiri dan sebagian besar tubuhnya," ujar dokter Kevin Foster yang merawat Christin, dilansir New Scientist, Jumat (23/3/2018).

Untuk mencegah penyebaran makin luas, Foster dan timnya memutuskan untuk memotong jaringan yang terinfeksi.

"Jaringan yang terinfeksi sudah sangat dalam, mencapai otot," sambungnya.

Biasanya, luka kulit besar bisa ditutup lewat pencangkokan kulit dari bagian lain di tubuh.

Namun, karena Christin sudah kehilangan sepertiga kulitnya, dokter tidak bisa mengambil kulitnya untuk menambal. Ia tidak mampu kehilangan kulit lebih banyak lagi.

Foster akhirnya memutuskan untuk mengajukan banding ke Food and Drug Administation (FDA) AS untuk bisa memberikan semprotan kulit eksperimental yang disebut ReCell.

Semprotan ini masih dalam uji coba untuk pengobatan luka bakar yang parah.

Semprotan ReCell terbuat dari sepetak kecil kulit yang diambil dari bagian lain tubuh pasien dan diberikan enzim tertentu untuk memecah jaringan kulit menjadi sel-sel kulit. Hasilnya ini yang kemudian disemprotkan di atas luka.

Baca juga : Ada Siput Laut dalam Luka Bocah Ini, Kok Bisa?

Proses penyembuhan

Saat ReCell disemprotkan di atas luka, ia akan membelah dan menyebar untuk menutup luka.

"Biasanya, penyembuhan luka dimulai dari ujung-ujungnya dan membutuhkan waktu. Namun, semprotan ini memungkinkan untuk menyembuhkan di tempat lain sekaligus," ujar Michael Perry dari Avita Medical, sebuah perusahaan bioteknologi yang mengembangkan pengobatan ini.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com