"(Kami) terkejut menemukan variasi antara kedua diet tersebut dalam C-Peptida (penanda sekresi insulin dari pankreas) setelah makan, yang mungkin akan membutuhkan penyelidikan lebih lanjut," ungkap para peneliti dikutip dari Business Insider, Senin (!9/03/2018).
Para peneliti juga menemukan bahwa tekanan darah sistolik (tekanan darah atas) berkurang sebesar 9 persen dengan pola makan 5:2.
"Penurunan tekanan darah sistolik mengrurangi tekanan pada arteri, berpotensi mengurangi kejadian serangan jantung dan stroke," kata pihak Universitas.
Baca juga: Puasa Berkala dan Protein Rekayasa Bantu Lawan Obesitas
"Seperti yang terlihat dalam penelitian ini, beberapa peserta berjuang mentolerir diet 5:2, yang menunjukkan pendekatan ini tidak sesuai bagi semua orang," ungkap Rona Antoni, Peneliti metabolisme nutrisi yang terlibat penelitian ini.
Antoni juga menegaskan bahwa kunci keberhasilan diet seseorang adalah menemukan pendekatan paling tepat untuk jangka panjang.
"Tetapi bagi mereka yang melakukannya dengan baik dan dapat bertahan pada diet 5:2, hal itu berpotensi menimbulkan dampak yang menguntungkan pada penanda risiko penyakit kardiovaskular yang penting," ujarnya.
"Namun, kita memerlukan studi lebih lanjut untuk mengonfirmasi temuan kami, untuk memahami mekanisme yang mendasari dan meningkatkan toleransi diet 5:2," tambahnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.