Kajian sebelumnya menemukan bahwa bahan pewarna itu melekat pada partikel plastik dan membuatnya menjadi berpendar di bawah sorotan cahaya tertentu.
Profesor Mason dan koleganya kemudian menyaring sampel partikel plastik dan menghitung setiap kepingan berukuran di atas 100 mikron atau kira-kira setara dengan diameter sehelai rambut manusia.
Baca juga : Makin Mengerikan, Tiap Tahun 1.000 Penyu Mati akibat Sampah Plastik
Beberapa partikel tersebut cukup besar untuk diambil dan dianalisa menggunakan alat inframerah. Hasilnya, partikel-partikel itu teridentifikasi sebagai plastik.
Sebagian besar partikel lainnya yang berukuran di bawah 100 mikron dihitung menggunakan teknik dalam ilmu astronomi.
Jenis partikel-partikel kecil ini tidak dapat dikonfirmasi sebagai plastik, namun Profesor Mason menyebutnya "secara rasional ditengarai sebagai plastik".
Pasalnya, meski pewarna Nile Red bisa melekat pada bahan selain plastik, seperti kepingan kerang atau alga, namun kemungkinan ini kecil ditemukan di air kemasan.
Setelah melakukan tes, Profesor Mason menemukan hanya 17 dari 259 botol air kemasan yang tidak mengandung partikel plastik.
Adapun jumlah partikel plastik di botol-botol air kemasan cukup beragam.
Aqua Danone dari Indonesia, misalnya, memiliki 4.713 partikel plastik per liter.
Kemudian, Nestle Pure Life mengandung 10.390 partikel plastik per liter
Evian memuat 256 partikel plastik per liter
San Pellegrino mempunyai 74 partikel plastik per liter.
Baca juga : Laut Dunia Darurat Sampah Plastik, Indonesia Turut Menyumbang
Komentar ahli lain
Lantaran kajian ini tidak melewati sorotan ilmuwan lain atau publikasi dalam jurnal ilmah, BBC meminta tanggapan para ahli.
Dr Andrew Mayes dari University of East Anglia dan salah satu pionir teknik Nile Red, mengatakan teknik yang digunakan merupakan "kimia analisis berkualitas sangat tinggi" dan hasilnya "cukup konservatif".
Michael Walker, konsultan Badan Ahli Kimia Pemerintah Inggris dan pendiri Badan Standar Pangan mengatakan penelitian tersebut "dilakukan dengan baik" dan penggunaan Nile Red menunjukkan "jejak rekam yang sangat baik".
Keduanya menekankan bahwa partikel di bawah 100 mikron tidak diidentifikasi sebagai plastik. Namun, karena bahan lainnya sangat tipis kemungkinannya untuk berada di dalam botol air kemasan, mereka menyebut itu "kemungkinan plastik".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.