KOMPAS.com — Video penyelam berenang di antara sampah plastik di laut Indonesia menjadi viral. Melalui akun Instagram BBCNews, Rich Horner menunjukkan betapa banyaknya sampah plastik di pesisir laut Nusa Penida, Bali.
Ini jelas bukan citra yang baik bagi Indonesia. Namun, seberapa akuratkah gambaran tersebut?
Dilansir dari Washington Post, Kamis (25/1/2018), tim peneliti dari Universitas Cornell, Universitas Washington, Institut Kelautan Kelautan Hawaii, Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional, James Cook University, dan lembaga sains di Indonesia dan Thailand menemukan bahwa sampah plastik terdapat pada hampir sepertiga terumbu karang yang mereka teliti.
Konsentrasi plastik di terumbu karang Indonesia menjadi yang paling tinggi dalam hasil penelitian mereka, sedangkan konsentrasi plastik di terumbu karang Australia menjadi yang paling rendah.
Baca Juga: Pertama dalam Sejarah, Peneliti Amati Efek Pusaran Air Ganda di Lautan
Penelitian terhadap 100.000 terumbu karang di wilayah Asia Pasifik yang dipublikasikan dalam jurnal Science ini juga mengungkapkan bahwa sampah plastik memicu peningkatan kerusakan terumbu karang hingga 94 persen, naik tajam dari yang dulunya hanya 4 persen.
Pasalnya, tumpukan plastik di terumbu karang menjadi lahan subur bagi patogen yang menyebarkan bibit penyakit terumbu karang, terutama skeletal eroding band disease, white syndromes, dan black band disease.
"Saya menganggap plastik sebagai tiga kutukan untuk koral. Pertama, penyakit tersebut akan menguliti kulit koral, kemudian membawa mikroorganisme patogen, dan akhirnya mematikan koral dan memotong aliran air," kata Drew Harvell, profesor ekologi laut di Cornell yang juga salah satu dari 11 penulis studi tersebut.
Tanggapan Pakar LIPI
Menanggapi penemuan ini dan video Horner, Muhammad Reza Cordova, ahli oseanografi dari LIPI, mengatakan, sejauh ini belum ada data resmi terkait jumlah sampah plastik di laut Indonesia. Akan tetapi, indikasi tersebut harus dianggap sebagai ancaman.
Baca Juga: Timbunan Plastik 1,4 Kali Indonesia Ditemukan di Lautan Pasifik
"Keberadaan sampah plastik bukanlah sekadar masalah estetika masyarakat untuk tidak membuang sampah ke laut, tetapi ada masalah lain, yaitu ancaman terhadap karang Indonesia yang memiliki banyak ragam, alam yang bagus, coral reef triangle, dan menjadi pusat karang dunia," kata Reza saat dihubungi Kompas.com, Rabu (7/3/2018).
"Adanya sampah plastik, sedikit atau banyak, tentu saja menjadi ancaman besar untuk kita," imbuhnya.
Selain itu, Reza berkata bahwa kerusakan terumbu karang akan mengancam kehidupan manusia dengan berkurangnya habitat ikan yang menjadi salah satu mata pencaharian para nelayan.
"Terumbu karang itu tempat hidup dan berkembang biak ikan. Nelayan akan mencari ikan tak jauh dari area terumbu karang. Kalau area ini rusak, ikannya juga akan terganggu. Akibatnya, manusia tidak dapat bahan pangan dari laut. Padahal di masa mendatang, sumber pangan dari laut itu akan lebih banyak dari pangan di darat," katanya.
Berikut adalah video Horner berenang di antara lautan sampah plastik:
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.