Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli Temukan Air di Botol Aqua dan Nestle Mengandung Partikel Plastik

Kompas.com - 15/03/2018, 20:33 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor

KOMPAS.com — Organisasi jurnalisme, Orb Media, memimpin investigasi terhadap 11 merek minuman kemasan taraf dunia dan lokal.

Tujuan penelitian mereka adalah meneliti kandungan plastik di dalam botol kemasan. Dalam melakukan penelitiannya, mereka menggandeng State University of New York di Amerika Serikat.

Dari 11 merek minuman, mereka mendapati air di dalam Aqua Danone dan Nestle Pure Life yang tersebar di Indonesia mengandung partikel plastik. Bahkan, merek Evian dan San Pellegrino tak luput dari temuan partikel plastik tersebut.

"Kami menemukan (plastik) di dalam botol demi botol dan merek demi merek," kata Sherri Mason, profesor kimia dari State University of New York yang dilibatkan dalam investigasi, kepada BBC.

"Ini bukan soal mencari kesalahan merek tertentu. Ini benar-benar ingin menunjukkan bahwa hal tersebut ada di mana-mana bahwa plastik menjadi materi yang menyebar di masyarakat kita dan bisa menembus air. Semua produk ini adalah yang kita konsumsi pada level mendasar," sambungnya.

Baca juga: Viral Video Bule Berenang dengan Plastik di Lautan Bali, Ini Kata Ahli

Saat ini, memang tak ada bukti yang mengungkap bahwa mencerna plastik dalam wujud sangat kecil (mikroplastik) dapat menimbulkan masalah kesehatan atau penyakit. Namun, memahami potensi dampaknya adalah bidang yang dikaji dalam sains.

BBC menghubungi beragam merek yang disebutkan dalam investigasi tersebut.

Nestle menyatakan telah memulai uji mikroplastik secara internal sejak dua tahun lalu dan hasilnya plastik tidak dideteksi "di atas level pendeteksian".

Seorang juru bicara Nestle menambahkan bahwa kajian Profesor Mason meluputkan beberapa langkah kunci untuk menghindari "hasil positif yang salah". Dia juga mengatakan pihaknya mengundang Orb Media untuk membandingkan metode.

Secara terpisah, Danone mengatakan tidak bisa mengomentari kajian tersebut karena "metodologi yang digunakan tidak jelas". Danone menegaskan, botol yang mereka gunakan untuk menampung air masuk kategori "kemasan yang sesuai untuk makanan".

Perusahaan itu menambahkan bahwa tidak ada aturan pasti mengenai mikroplastik atau konsensus dalam sains untuk mengujinya.

Setelah air disaring, partikel berwarna kuning dapat dengan mudah dilihat. Setelah air disaring, partikel berwarna kuning dapat dengan mudah dilihat.
Metode pengujian

Untuk menguji partikel plastik, ilmuwan dari State University of New York mendatangkan 250 air kemasan dari 11 merek di 9 negara yang dipilih atas dasar besarnya populasi atau konsumsi air kemasan yang relatif tinggi.

Merek-merek itu mencakup merek taraf internasional, yakni Aquafina, Dasani, Efian, Nestle Pure Life, dan San Pellegrino. Sementara merek lokal meliputi Aqua (Indonesia), Bisleri (India), Epura (Meksiko), Gerolsteiner (Jerman), Minalbi (Brasil), dan Wahaha (China).

Pengujian kandungan plastik melibatkan bahan pewarna bernama Nile Red yang dimasukkan ke setiap botol. Nile Red merupakan sebuah teknik yang dikembangkan baru-baru ini oleh sejumlah ilmuwan Inggris untuk melacak keberadaan plastik di air laut.

Kajian sebelumnya menemukan bahwa bahan pewarna itu melekat pada partikel plastik dan membuatnya menjadi berpendar di bawah sorotan cahaya tertentu.

Profesor Mason dan koleganya kemudian menyaring sampel partikel plastik dan menghitung setiap kepingan berukuran di atas 100 mikron atau kira-kira setara dengan diameter sehelai rambut manusia.

Baca juga : Makin Mengerikan, Tiap Tahun 1.000 Penyu Mati akibat Sampah Plastik

Beberapa partikel tersebut cukup besar untuk diambil dan dianalisa menggunakan alat inframerah. Hasilnya, partikel-partikel itu teridentifikasi sebagai plastik.

Sebagian besar partikel lainnya yang berukuran di bawah 100 mikron dihitung menggunakan teknik dalam ilmu astronomi.

Jenis partikel-partikel kecil ini tidak dapat dikonfirmasi sebagai plastik, namun Profesor Mason menyebutnya "secara rasional ditengarai sebagai plastik".

Pasalnya, meski pewarna Nile Red bisa melekat pada bahan selain plastik, seperti kepingan kerang atau alga, namun kemungkinan ini kecil ditemukan di air kemasan.

Setelah melakukan tes, Profesor Mason menemukan hanya 17 dari 259 botol air kemasan yang tidak mengandung partikel plastik.

Adapun jumlah partikel plastik di botol-botol air kemasan cukup beragam.

Aqua Danone dari Indonesia, misalnya, memiliki 4.713 partikel plastik per liter.

Kemudian, Nestle Pure Life mengandung 10.390 partikel plastik per liter

Evian memuat 256 partikel plastik per liter

San Pellegrino mempunyai 74 partikel plastik per liter.

Baca juga : Laut Dunia Darurat Sampah Plastik, Indonesia Turut Menyumbang

Komentar ahli lain

Lantaran kajian ini tidak melewati sorotan ilmuwan lain atau publikasi dalam jurnal ilmah, BBC meminta tanggapan para ahli.

Dr Andrew Mayes dari University of East Anglia dan salah satu pionir teknik Nile Red, mengatakan teknik yang digunakan merupakan "kimia analisis berkualitas sangat tinggi" dan hasilnya "cukup konservatif".

Michael Walker, konsultan Badan Ahli Kimia Pemerintah Inggris dan pendiri Badan Standar Pangan mengatakan penelitian tersebut "dilakukan dengan baik" dan penggunaan Nile Red menunjukkan "jejak rekam yang sangat baik".

Keduanya menekankan bahwa partikel di bawah 100 mikron tidak diidentifikasi sebagai plastik. Namun, karena bahan lainnya sangat tipis kemungkinannya untuk berada di dalam botol air kemasan, mereka menyebut itu "kemungkinan plastik".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com