Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 15/03/2018, 17:00 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Hal ini juga berkaitan dengan perkembangan bayi piton setelah menetas. Alexander mencatat, bayi piton yang baru saja menetas kadang belum dapat mencerna kuning telurnya dengan baik sebagai makanan.

Peran induk di sini adalah membantu bayi-bayinya mencerna kuning telur sampai bisa memangsa makanan sendiri di alam liar.

Alexander juga menemukan bahwa induk ular akan selalu mengawasi anak-anaknya dan tak membiarkan mereka lepas dari pandangan. Ia yakin hal ini untuk menjaga anak-anaknya yang masih rentan terhadap ancaman predator.

Setidaknya selama dua minggu induk ular piton akan terus bersama anak-anaknya. Setelah itu, barulah ia meninggalkan keturunannya dan berburu sendiri.

Baca juga : Akhir Mengenaskan dari Pertarungan Ular King Kobra dan Piton Raksasa

Perubahan warna kulit menjadi hitam sebelum induk ular bertelur

Alexander berkata, sebelum ular bertelur mereka akan melakukan perubahan warna. Dari pola warna campuran antara zaitun, kuning, dan coklat hijau yang mulus menjadi hitam polos.

Alexander yakin perubahan warna kulit menjadi hitam akan membantu ular untuk menyerap lebih banyak sinar matahari agar bisa ditransfer ke telur atau bayi ular yang baru menetas di dalam liang tanah.

"Saya lihat hal ini bisa meningkatkan suhu badan mencapai 104 derajat Fahrenheit, lebih hangat dari mamalia," kata Alexander.

Dari yang dipelajari Alexander, telur piton tidak dapat menetas jika suhu di bawah 82 derajat Fahrenheit. Jika menetas, biasanya akan ada kecacatan.

Faktor iklim

Ia juga meneliti bagaimana perubahan iklim bisa memengaruhi rentang populasi ular di masa depan. Ia juga tidak yakin apakah ular piton Afrika Selatan dapat mengatasi suhu dingin yang ekstrem dan apakah perilaku ini juga dilakukan ular piton Afrika utara.

Dari penelitian yang dilakukannya, Alexander ingin membantu ilmuwan dalam memahami jalan evolusioner perilaku ibu dalam dunia hewan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau