Namun, adakah yang berpikir bahwa piton yang panjangnya bisa lebih dari lima meter dan berdarah dingin itu adalah ular yang keibuan?
Jika Anda tidak percaya, profesor reptil dari Afrika Selatan berhasil membuktikan bahwa ular piton Afrika Selatan memiliki sifat keibuan.
Adalah Graham Alexander, seorang profesor reptil dari Universitas Wits, Afrika Selatan, yang menemukan dan membuktikan bahwa spesies ular piton Afrika Selatan tidak langsung meninggalkan telur-telurnya setelah bertelur. Induk piton menunggu dan menjaga telurnya sampai menetas dan merawat anak-anaknya selama beberapa minggu.
"Induk piton rupanya tetap tinggal bersama telurnya. Saat telur menetas, induk dan bayi pitonnya tetap akan bersama selama dua minggu," ujar Alexander dilansir National Geographic, Rabu (14/3/2018).
Hasil penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Zoology, Kamis (8/3/2018), adalah hasil pengamatan selama tujuh tahun di kawasan Dinokeng Game Reserve, utara Afrika.
Ia melakukan pengamatan dengan menggunakan pemancar radio dan memasang kamera ke dalam liang bawah tanah tempat ular berterlur.
Proses melahirkan dan menetaskan telur yang diamatinya memberikan gambaran baru akan perilaku induk piton. Ia mengklaim penemuannya ini merupakan studi pertama yang berhasil membuktikan bagaimana ular merawat anak-anaknya setelah menetas.
Ular piton Afrika Selatan
Sebelum membahas lebih lanjut, mari kita mengenal ular piton Afrika Selatan.
Ada dua kelompok ular piton Afrika, yakni ular piton Afrika Selatan dan ular piton Afrika Utara.
Varietas ular piton selatan lebih kecil dari ular piton utara. Tubuhnya hanya bisa mencapai 16 kaki atau hampir lima meter dengan berat bisa mencapai 130 kilogram.
Ular piton dewasa bisa hidup sampai 30 tahun dan bisa menjatuhkan antelop, hewan yang bentuknya seperti kijang tapi bukan kijang.
Sebelum ular piton menetas, induk piton akan pergi ke lubang bawah tanah untuk bisa mengeluarkan 40 sampai 50 telur.
Alexander berkata, bayi piton yang baru menetas cenderung malu-malu. Badan mereka akan tetap ada di telur selama dua hari lamanya. Saat-saat ini, induk piton akan melilitkan badan untuk menjaga dan menghangatkan anak-anaknya.
Hal ini juga berkaitan dengan perkembangan bayi piton setelah menetas. Alexander mencatat, bayi piton yang baru saja menetas kadang belum dapat mencerna kuning telurnya dengan baik sebagai makanan.
Peran induk di sini adalah membantu bayi-bayinya mencerna kuning telur sampai bisa memangsa makanan sendiri di alam liar.
Alexander juga menemukan bahwa induk ular akan selalu mengawasi anak-anaknya dan tak membiarkan mereka lepas dari pandangan. Ia yakin hal ini untuk menjaga anak-anaknya yang masih rentan terhadap ancaman predator.
Setidaknya selama dua minggu induk ular piton akan terus bersama anak-anaknya. Setelah itu, barulah ia meninggalkan keturunannya dan berburu sendiri.
Perubahan warna kulit menjadi hitam sebelum induk ular bertelur
Alexander berkata, sebelum ular bertelur mereka akan melakukan perubahan warna. Dari pola warna campuran antara zaitun, kuning, dan coklat hijau yang mulus menjadi hitam polos.
Alexander yakin perubahan warna kulit menjadi hitam akan membantu ular untuk menyerap lebih banyak sinar matahari agar bisa ditransfer ke telur atau bayi ular yang baru menetas di dalam liang tanah.
"Saya lihat hal ini bisa meningkatkan suhu badan mencapai 104 derajat Fahrenheit, lebih hangat dari mamalia," kata Alexander.
Dari yang dipelajari Alexander, telur piton tidak dapat menetas jika suhu di bawah 82 derajat Fahrenheit. Jika menetas, biasanya akan ada kecacatan.
Faktor iklim
Ia juga meneliti bagaimana perubahan iklim bisa memengaruhi rentang populasi ular di masa depan. Ia juga tidak yakin apakah ular piton Afrika Selatan dapat mengatasi suhu dingin yang ekstrem dan apakah perilaku ini juga dilakukan ular piton Afrika utara.
Dari penelitian yang dilakukannya, Alexander ingin membantu ilmuwan dalam memahami jalan evolusioner perilaku ibu dalam dunia hewan.
https://sains.kompas.com/read/2018/03/15/170000623/induk-piton-juga-bisa-keibuan-ini-buktinya