KOMPAS.com -- Masih ingat dengan Sudan? Badak senior berusia 45 tahun ini adalah badak putih utara jantan terakhir di dunia. Kini, ia dikabarkan tengah sakit dengan kemungkinan kecil untuk dapat bertahan hidup.
Menurut OI Pejeta Conservacy, perlindungan satwa liar di Kenya tempatnya tinggal, Sudan mengalami sakit akibat dua infeksi di kaki belakang.
Badak sendiri biasanya hidup antara 30-40 tahun, dan masalah yang dihadapi Sudan terkait dengan usia.
"Di usianya yang ke 45, kesehatannya mulai memburuk dan masa depannya tidak terlihat cerah," tulis perawat Sudan dalam laman Facebook OI Pejeta.
Masalah kesehatan Sudan dimulai dengan infeksi di kaki kanan belakang menjelang akhir 2017. Tim dokter yang merawat berhasil menyembuhkannya dan Sudan kembali normal pada bulan Januari.
Namun, sejak pertengahan Februari, dokter hewan menemukan adanya infeksi yang lebih dalam di bawah luka pertama dan kali ini, Sudan tidak merespons pengobatan dengan cepat.
"Kami sangat prihatin. Ia sudah tua dan kami tidak ingin ia menderita," tulis OI Pejeta.
Baca juga : Kisah Sudan, Badak Putih Jantan yang Mencari Jodoh di Dunia Maya
Hal lain yang disesalkan adalah Sudan tidak sempat menjadi ayah baru bagi badak putih sebelum kesehatannya mundur. Bisa dipastikan jika Sudan mati, kita tidak akan bisa lagi menyaksikan badak putih ini di bumi.
Perlu Anda ketahui, badak putih utara (Ceratotherium simum cottoni) dulu berkeliaran di Uganda, Chad, Sudah, Republik Afrika Tengah dan Republik Demokratik Kongo. Namun, semakin lama populasinya makin menurun drastis dan subspesies ini akhirnya dianggap punah di alam bebas.
Perburuan serta kekacauan perang menjadi pangkal masalah hilangnya populasi badak putih ini.
Masalah kian pelik karena populasi badak putih di penangkaran juga berkurang satu persatu, sebagian besar karena usia. Pada tahun 2014, setelah kematian jantan bernama Suni di OI Pejeta dan jantan bernama Angalifu di kebun binatang San Diego, Sudan menjadi satu-satunya badak putih jantan yang tersisa di dunia.
Sementara itu, dua badak lain yang tinggal bersama Sudan di penangkaran adalah betina. Najin adalah anak perempuan Sudan, Fatu adalah cucunya. Kedekatan kekerabatan ini membuat sulit bagi badak-badak ini untuk memiliki keturuan.
Baca juga : Kontroversial, Afrika Selatan Legalkan Penjualan Cula Badak
Terlebih lagi, pada tahun 2015 diketahui bahwa jumlah sperma Sudan sudah sangat rendah sehingga kemungkinannya untuk membuahi dengan cara alami sangat rendah.
Strategi pembuahan buatan kemudian dilakukan untuk menyelamatkan spesies ini. Salah satunya dengan menggunakan sperma dan sel telur yang diambil dari badak putih utara, termasuk Sudan serta badak lain yang telah mati.
Setelah itu baru dilakukan pembiakan in vitro (IVF). Namun, strategi ini lagi-lagi tergantung pada pengelolaan untuk menyuburkan telur badak putih utara di laboratorium serta penanamannya ke induk pengganti.
Selagi metode ini belum bisa dijalankan, badak putih utara memang di ambang kepunahan. Semoga saja teknologi belum terlambat untuk mengembalikan badak-badak ini ke alam liar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.